12 Desember 2017

Download Pengumuman Kelulusan Akhir Seleksi Pekerja Sosial Supervisor PKH Tahun 2017

Setelah pengumuman akhir seleksi akhir SDP PKH Pendamping Sosial 2017, maka pengumuman yang ditunggu-tunggu para peserta Seleksi Tahap 2 Pekerja Sosial Supervisor SDM PKH 2017 Final telah resmi dirilis oleh Kemsos RI. Adapun Tahap Selanjutnya yaitu dengan pendaftaran ulang email ke Kemsos RI.

Adapun lampiran nama-nama yang lulus Seleksi Akhir Pekerja Sosial Supervisor dapat di download disini 

Sedangkan Formulir Registrasi untuk pemberkasan dikirim ke alamat email: jamsoskel@kemsos.go.id dan 

Formulir Silahkan Download disini

Read More

10 Desember 2017

KUMPULAN BAHAN AJAR GEOGRAFI SSP 4 KELAS XI SEMESTER 2

Materi pokok dari SSP 4, terlampir meliputi:
Lampiran Penilaian, LKPD, Materi Ajar, RPP dan Silabus

Silahkan Download disini
Kurikulum 2013
Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan,  gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalamilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah,  menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar :
3.1 Memahami pengetahuan dasar geografi dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari
4.1 Menyajikan contoh penerapan pengetahuan dasar geografi pada kehidupan sehari-hari dalam bentuk tulisan

Read More

DOWNLOAD KUMPULAN BAHAN AJAR GEOGRAFI SSP 3 KELAS XI SEMESTER 1, POTENSI BARANG TAMBANG

Materi pokok dari SSP 3, terlampir meliputi:
Lampiran Penilaian, LKPD, Materi Ajar, RPP dan Silabus
Silahkan download disini

Kurikulum 2013
Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan,  gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalamilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah,  menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar :
3.1 Memahami pengetahuan dasar geografi dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari
4.1 Menyajikan contoh penerapan pengetahuan dasar geografi pada kehidupan sehari-hari dalam bentuk tulisan

Read More

KUMPULAN BAHAN AJAR GEOGRAFI SSP 2 KELAS X SEMESTER 2

Materi pokok dari SSP 2, Hubungan Manusia dan Lingkungan Akibat Dinamika
Litosfer, Adapun materi yang terlampir meliputi:
Lampiran Penilaian, LKPD, Materi Ajar, RPP dan Silabus.
Silahkan download disini
Kurikulum 2013
Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan,  gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalamilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah,  menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar :
3.1 Memahami pengetahuan dasar geografi dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari
4.1 Menyajikan contoh penerapan pengetahuan dasar geografi pada kehidupan sehari-hari dalam bentuk tulisan

Read More

DOWNLOAD KUMPULAN BAHAN AJAR GEOGRAFI SSP 1 KELAS X SMA

Materi pokok dari SSP 1, KD 3.1 yaitu mengenai Pengetahuan Dasar Geografi Kurikulum 2013
Berikut penjabaran dari Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Ddapat di Download disini

Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan,  gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalamilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah,  menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar :
3.1 Memahami pengetahuan dasar geografi dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari
4.1 Menyajikan contoh penerapan pengetahuan dasar geografi pada kehidupan sehari-hari dalam bentuk tulisan
Read More

Contoh Formulir Registrasi SDM PKH 2017

Setelah melalui rangkaian seleksi Administrasi yang begitu ketat, maka panitia seleksi Program PKH 2017 telah merilis hasil akhir ujian kompetensi bidang dan psikotes. Dengan dirilisnya hasil akhir peserta PKH maka peserta yang lolos diwajibkan untuk mendaftar ulang dan mengisi biodata untuk dikirim berkasnya ke panitia seleksi. Formulir dapat dikirim ke email : jamsoskel@kemsos.go.id. sedangkan formulirnya dapat di download disini.https://drive.google.com/file/d/1bFDf7nkt7RMHmuVEOijasK4l3NOSgGCR/view?usp=sharing

PKH merupakan singkatan dari Program Keluarga Harapan, yaitu program perlindungan sosial melalui pemberian uang non tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang memiliki ibu hamil/nifas/menyusui, dan/atau memiliki anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan SD, dan/atau memiliki anak usia SD dan/atau SMP dan/atau anak usia 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar. Peserta PKH akan menerima bantuan apabila menyekolahkan anaknya dengan tingkat kehadiran tertentu, memeriksakan kesehatan dan/atau memperhatikan kecukupan gizi dan pola hidup sehat anak dan ibu hamil. Program semacam ini secara internasional dikenal sebagai Program Conditional Cash Transfers atau Program Bantuan Tunai Bersyarat.

Tujuan PKH adalah untuk mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mengubah perilaku yang kurang mendukung peningkatan kesejahteraan dari kelompok paling miskin. Tujuan ini berkaitan langsung dengan upaya mempercepat pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs).


Read More

28 Oktober 2017

PENERAPAN METODE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DI KELAS X.8 SMA N 8 PADANG DALAM PEMBELAJARAN DINAMIKA PLANET BUMI DAN TATA SURYA

BAB I

PENDAHULUAN




A.    Latar Belakang

Pembelajaran berlangsung sebagai suatu proses saling mempengaruhi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut diatas, upaya guru dalam mengembangkan keaktifan belajar siswa sangatlah penting, sebab keaktifan belajar siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan.

Seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dalam pengalaman teoretis tapi juga harus memiliki kemampuan praktis. Kedua hal ini sangat penting karena seorang guru dalam pembelajaran bukanlah sekedar menyampaikan materi semata tetapi juga harus berupaya agar mata pelajaran yang sedang disampaikan menjadi kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipahami bagi siswa. Apabila guru tidak dapat menyampaikan materi dengan tepat dan menarik, dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa, sehingga mengalami ketidaktuntasan dalam belajarnya. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketetapan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran.

Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan bersama guru Geografi SMA N 8 Padang Tahun Pelajaran 2016/2017, disinyalir terdapat beberapa faktor penyebab belum optimalnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Geografi, baik itu yang berasal dari luar dan dalam diri siswa. Faktor dalam itu antara lain: (1)  Rendahnya motivasi dalam diri siswa sehingga siswa menjadi acuh tak acuh dalam belajar; (2) Rendahnya minat siswa sehingga siswa terlihat kurang suka mengikuti pembelajaran Geografi; (3) Kemampuan bawaan siswa yang berbeda-beda; (4) Perbedaan kemampuan untuk menentukan arah atau cara yang tepat menuju ke arah yang akan dicapai. Adapaun faktor luar, antara lain: (1) Kurangnya perhatian dari orang tua siswa, (2) Pengemasan pembelajaran Geografi yang kurang menarik dan kurang menantang, (3) Rendahnya kemampuan guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran, (6) Penggunaan model pembelajaran yang tidak tepat sehingga sangat membosankan siswa.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu metode pembelajaran yang lebih tepat dan menarik, dimana siswa dapat belajar secara kooperatif, dapat bertanya dan mengemukakan pendapat. Salah satu upaya untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif didasarkan pada gagasan atau pemikiran bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam belajar, dan bertanggung jawab terhadap aktivitas belajar kelompok mereka seperti terhadap diri mereka sendiri. Pembelajaran kooperatif selama kegiatan belajar mengajar mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merubah peran guru dari peran yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Salah satu metode pembelajaran kooperatif adalah

Think-Pair-Share.

Metode Think-Pair-Share (TPS) merupakan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan siswa lain. Metode ini dikembangkan untuk meningkatkan partisipasi siswa dikelas, sehingga lebih unggul dibandingkan pembelajaran ceramah yang menggunakan metode hafalan dasar. Metode Think-Pair-Share dalam pembelajarannya mempunyai kelebihan dibanding metode lain dimana dalam tahapan pembelajaran siswa mempunyai waktu untuk berfikir secara individu dalam mengerjakan tugas (tahap think), dengan kata lain mereka dapat bekerja secara mandiri, siswa dituntut berpartisipasi dalam kerjasama kelompok (tahap pair), siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa (tahap share). Diharapkan dengan metode pembelajaran Think-Pair-Share dapat meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran Geografi serta pemahaman teori sehingga saat praktek siswa tidak mengalami kesulitan.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Metode Think-Pair-Share Untuk Meningkatkan  Keaktifan  Belajar  Siswa  Dalam Pembelajaran  Dinamika Planet Bumi Dan Tata Surya”.

Penelitian tindakan kelas ini dipilih karena peneliti bermaksud untuk mengupayakan peningkatan keaktifan belajar siswa dikelas dalam pembelajaran melalui pemberian tindakan dengan penerapan metode Think-Pair-Share. Penerapan metode ini berupa pemberian tindakan maka tidak cukup dilakukan satu kali penelitian, untuk melihat keberhasilan dari penerapan metode tersebut akan dilakukan dalam beberapa siklus sampai penerapan metode Think-Pair-Share ini berhasil meningkatkan keaktifan siswa.

B.    Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar Belakang diatas, masalah yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut :

a.    Mata pelajaran Geografi kelas X pelajaran yang dipelajari tidak maksimal.

b.    Kurangnya partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Dinamika Planet Bumi Dan Tata Surya.

c.    Pemahaman teori yang tidak maksimal berakibat tidak maksimalnya siswa dalam hasil belajar dan pelaksanaan praktek.

d.    Metode pembelajaran yang digunakan guru hanya ceramah, sehingga siswa pasif dalam mengikuti proses pembelajaran.


e.    Penerapan metode Think-Pair-Share dapat menambah partisipasi siswa dalam pembelajaran.

C.    Batasan Masalah

Dari sejumlah masalah yang teridentifikasi diatas, tidak semua dapat diteliti karena adanya berbagai keterbatasan, maka penelitian ini dibatasi pada permasalahan tentang “Penerapan metode Think-Pair-Share untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran Dinamika Planet Bumi dan Tata Surya di SMA N 8 Padang”





D.    Rumusan Masalah
    Rumusan Masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah:
    1.    Bagaimana tingkat keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran Dinamika Planet Bumi dan  Tata Surya di SMA N 8 Padang?

2.    Bagaimanakah peningkatan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran Dinamika Planet Bumi dan Tata Surya di SMA N 8 Padangsebelum dan sesudah penerapan metode Think-Pair-Share?

E.    Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1.    Untuk mengetahui tingkat keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran Dinamika Planet Bumi dan Tata Surya Di SMA N 8 Padang

2.    Untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran Dinamika Planet Bumi dan Tata Surya di SMA N 8 Padangsebelum dan sesudah penerapan metode Think-Pair-Share.

F.  Manfaat Penelitian

1.    Bagi Guru :

a.    Membantu guru dalam menyampaikan materi dengan metode

Think-Pair-Share secara efektif.

b.    Dapat menambah wawasan guru mengenai metode pembelajaran khususnya pembelajaran kooperatif.


2.    Bagi Siswa :

a.    Dengan menggunakan metode pembelajaran Think-Pair-Share diharapkan dapat mempermudah siswa SMA memahami Materi

b.    Dapat meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran teori sehingga berdampak pada meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran teori maupun praktek nantinya.

3.    Bagi Sekolah :

a.    Sebagai bahan informasi perkembangan siswa dalam pembelajaran

b.    Membawa perbaikan mutu sekolah melalui peningkatan keaktifan belajar siswa.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA



A.    Deskripsi
Teoristik 1. Keaktifan Belajar

a. Pengertian Keaktifan

Keaktifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keaktifan belajar siswa dikelas. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2001 : 24 – 25), aktif adalah giat (bekerja, berusaha), sedangkan keaktifan adalah suatu keadaan atau hal dimana siswa aktif. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik dan relatif tetap, serta ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Jadi keaktifan belajar siswa adalah suatu keadaan dimana siswa aktif dalam belajar. Keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar yang beraneka ragam seperti saat mendengarkan penjelasan guru, diskusi, membuat laporan pelaksanaan tugas dan sebagainya.

Keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar yang beraneka ragam. Paul B. Diedrich




dalam Oemar Hamalik (2005 : 172) membagi kegiatan belajar siswa

dalam 8 kelompok, yaitu:

1.    Visual activeties (kegiatan-kegiatan visual) seperti membaca, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2.    Oral Activities (kegiatan-kegiatan lisan) seperti mengemukakan suatu fakta, menghubungkan sutu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3.    Listening Activities (kegiatan-kegiatan mendengarkan) seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan sebagainya.

4.    Writing activities (kegiatan-kegiatan menulis) seperti menulis cerita karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya.

5.    Drawing activities (kegiatan-kegiatan menggambar) seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagaram, pola, dan sebagainya.

6.    Motor activities (kegiatan-kegiatan motorik) seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.

7.    Mental activities (kegiatan-kegiatan mental) seperti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.

8.    Emotional   activities   (kegiatan-kegiatan   emosional)   seperti

menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.

Mengajar adalah membimbing kegiatan siswa sehingga siswa mau belajar. Untuk itu keaktifan sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan karena siswa sebagai subyek yang melaksanakan kegiatan belajar, sehingga siswalah yang

seharusnya lebih banyak aktif, bukan gurunya.

Menurut HO Lingren (dalam Moh. Uzer Usman, 1993: 24) melukiskan kadar keaktifan siswa dalam interaksi di antara siswa dengan guru dan di antara siswa dengan siswa lainnya. Lebih lanjut Lingren mengemukakan empat jenis interaksi dalam belajar mengajar


Menurut Mayer (dalam Jamal Ma’mur Asmani, 2011 : 67), siswa yang aktif tidak hanya sekedar hadir dikelas, menghafalkan, dan akhirnya mengerjakan soal diakhir pelajaran. Siswa dalam pembelajaran harus terlibat aktif, baik secara fisik maupun mental sehingga terjadi interaksi yang optimal antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya.

b. Faktor yang mempengaruhi keaktifan

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya,siswa juga dapat berlatih untuk berpikir kritis. Menurut Gagne dan Brings (dalam Martinis,



2007    :    84)    faktor-    faktor    yang    dapat    menumbuhkan    timbulnya

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yaitu:

a)    Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

b)    Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada siswa).

c)    Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari).

d)    Memberi petunjuk siswa  cara memepelajarinya

e)    Memunculkan aktifitas, partisifasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

f)    Memberi umpan balik (feed back).

g)    Melakukan tagihan- tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.

h)    Menyimpulkan setiap materi yang akan disampaikan diakhir pembelajaran.

Syamsu Mappa dan Anisa Basleman (http://www.scribd.com/doc/58087519/) menyatakan hubungan timbal balik antar warga kelas yang harmonis dapat merangsang terwujudnya masyarakat kelas yang gemar belajar. Dengan demikian, upaya mengaktifkan siswa belajar dapat dilakukan dengan mengupayakan timbulnya interaksi yang harmonis antar warga di dalam kelas. Interaksi ini akan terjadi bila setiap warga kelas melihat dan

merasakan bahwa kegiatan belajar tersebut sebagai sarana memenuhi kebutuhannya. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, berdasarkan teori kebutuhan Maslow, Silberman (2006 : 30) menyatakan kebutuhan akan rasa aman harus dipenuhi sebelum bisa dipenuhinya kebutuhan untuk mencapai sesuatu, mengambil resiko, dan menggali hal-hal baru.

Menurut Taksonomi Bloom karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Berdasarkan taksonomi Bloom tersebut untuk mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran dikelas dapat dilihat dari aspek afektif karena dalam ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. DeskrGeografii tujuan-tujuan afektif yang merupakan bagian dari taksonomi Blomm, dan pertama-tama dikembangkan oleh Krathwohl (1964), adalah sebagai berikut:

a)    Menerima (receiving)

b)    Merespon (responding)

c)    Menilai (valuing)

d)    Mengorganisasi (organization)

Empat tahapan aspek afektif diatas merupakan langkah-langkah yang dapat digunakan untuk mengukur sikap siswa dalam pembelajaran.


Pertama, menerima merupakan kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankan, dan mengarahkan.

Kedua, merespon adalah memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.

Ketiga, menilai berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.

Keempat, mengorganisasi adalah memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.

Dari penjelasan keempat bagian ranah afektif maka dapat disimpulkan bahwa ranah afektif digunakan untuk mengukur sikap siswa dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini ranah afektif digunakan sebagai dasar pengukuran keaktifan siswa dikelas dalam pembelajaran


b.    Kurikulum Mata Pelajaran
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.

SMA N 8 Padang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan berdasarkan prinsip – prisip berikut :

1)    Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik.

2)    Beragam dan terpadu

3)    Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

4)    Relevan dengan kebutuhan kehidupan

5)    Menyeluruh dan berkesinambungan

6)    Belajar sepanjang hayat

7)    Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah

Silabus adalah rancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi, pengelompokkan, pengurutan, dan penyajian materi kurikulum, yang dipertimbangkan berdasarkan ciri khas dan kebutuhan daerah setempat.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008 : 54), “silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber / bahan / alat belajar”.

Dalam silabus terdapat beberapa komponen yang mencantumkan uraian program seperti dikemukakan oleh Nurhadi (2004 : 142) yaitu :

1)    Bidang studi yang diajarkan
2)    Tingkat sekolah atau madrasah, semester
3)    Pengelompokkan Kompetensi Dasar
4)    Materi pokok
5)    Indikator
6)    Strategi pembelajaran
7)    Alokasi waktu

8)    Bahan / alat /media
d. Materi Pokok

Materi pokok pembelajaran adalah bahan ajar yang harus dipelajari siswa sebagai sarana pencapaian Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi.

Materi pokok pembelajaran Geografi pada penelitian ini adalah materi tentang Dinamika Planet Bumi dan Tata.

3. Metode Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) merupakan pendekatan pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.

Pembelajaran kooperatif didasarkan pada gagasan atau pemikiran bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam belajar, dan bertanggung jawab terhadap aktivitas belajar kelompok mereka seperti terhadap diri mereka sendiri. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode pembelajaran yang menganut paham konstruktivisme.

Menurut gestalt (dalam sugihartono, dkk. 2007 : 107) pada pendekatan konstruktivistik, permasalahan muncul dibangun dari pengetahuan yang direkonstruksi sendiri oleh siswa. Dengan kata lain siswa mampu mencari sendiri masalah, menyusun kembali pengetahuannya melalui kemampuan berfikir dan tantangan yang dihadapinya.

Erman Suherman (2001: 218) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.

Usaha kerja sama masing-masing anggota kelompok mengakibatkan manfaat timbal balik sedemikian rupa sehingga semua anggota kelompok memperoleh prestasi, kegagalan maupun keberhasilan ditanggung bersama. Siswa mengetahui bahwa prestasi yang dicapai disebabkan oleh dirinya dan anggota kelompoknya, siswa merasakan kebanggaan atas prestasinya bersama anggota kelompoknya.

Situasi pembelajaran kooperatif didorong dan atau dituntut untuk bekerja sama dalam suatu tugas bersama, siswa harus mengoordinasikan usaha-usahanya untuk menyelesaikan tugas. Pada pembelajaran kooperatif dua atau lebih individu saling tergantung
untuk suatu penghargaan apabila mereka berhasil sebagai suatu kelompok.

Menurut Anita Lie (2004: 31), untuk mencapai hasil yang maksimal perlu diterapkan lima unsur metode pembelajaran kooperatif, yaitu:

a)    Saling ketergantungan positif, artinya keberhasilan kelompok sangat dipengaruhi oleh usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.

b)    Tanggung jawab perseorangan, artinya setiap anggota kelompok harus melaksanakan tugasnya dengan baik untuk keberhasilan kelompok.

c)    Tatap muka, artinya setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan mendorong siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota kelompoknya. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

d)    Komunikasi antar anggota, unsur ini menghendaki agar siswa dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi, karena keberhasilan kelompok juga bergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka

untuk mengutarakan pendapat mereka.

e)    Evaluasi proses kelompok, guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama secara efektif.

Dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota kelompok harus

menyadari bahwa tujuan pembelajaran akan lebih baik hasilnya jika pekerjaan dilakukan secara bersama-sama. Dengan jiwa inilah timbul rasa kebersamaan dan tekad untuk belajar, juga tanggung jawab terhadap diri sendiri dan kelompoknya untuk menjadi yang tebaik. Metode pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.

Tujuan dibentuknya kelompok pada pembalajaran koopertaif adalah memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara langsung dan aktif dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. Namun adapula orang yang memiliki kesan negatif mengenai pembelajaran ini. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa lain dalam timnya, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa rendah diri ditempatkan dalam satu tim dengan siswa yang lebih pandai (Anita Lie, 2008 : 28).

4.    Metode Think-Pair-Share

a.   Pengertian Think-Pair-Share

Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland Think-Pair-Share (TPS) sebagai struktur kegiatan cooperative learning.

Think-Pair-Share (TPS) atau berpikir, berpasangan, berbagi merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif. Metode Think-Pair-Share (TPS) tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif, metode Think-Pair-Share (TPS) dapat juga disebut sebagai metode belajar mengajar berpasangan (slavin, 2009 : 257)

Think-Pair-Share adalah salah satu metode pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa (Anita Lie, 2004 : 57).

Metode ini memberikan kesempatan siswa untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan siswa lain dan meningkatkan partisipasi siswa dikelas, sehingga lebih unggul dibandingkan pembelajaran ceramah yang menggunakan metode hafalan dasar.

Lebih lanjut Anita Lie (2004 : 58) menjelaskan langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair- Share sebagai berikut :

1.         guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok.

2.        Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.

3.    Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya.

4.    Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.

Langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair-Share sederhana, namun penting terutama dalam menghindari kesalahan-kesalahan kerja kelompok. Dalam metode ini, guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa lain dan mendiskusikannya, kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Metode ini memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi waktu lebih banyak pada siswa untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Metode Think-Pair-Share (TPS) sebagai ganti dari tanya jawab seluruh kelas.

b.    Karakteristik Pembelajaran

Sebagai suatu metode pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) memiliki langkah-langkah tertentu. Menurut Muslimin Ibrahim (2000 : 26) langkah-langkah Think-Pair-Share (TPS) ada tiga yaitu :

“Berpikir (Thinking), berpasangan (Pairing), dan berbagi (Sharing)”














1)    Thinking (berpikir)

Kegiatan pertama dalam Think-Pair-Share siswa diminta berfikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini siswa menuliskan jawaban mereka karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan diakhir pembelajaran.

Dalam menentukan batasan waktu untuk tahapan ini, guru harus mempertimbangkan kemampuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali pertemuan. Pada tahap think ini mempunyai kelebihan dimana adanya “think time” atau waktu berfikir yang memberikan kesempatan kepada siwa untuk berfikir mengenai jawaban mereka sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol, karena setiap kali siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.

2)    Pairing (berpasangan)

Pada tahap ini guru meminta siswa duduk berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah difikirkannya pada tahap pertama sehingga dapat saling bertukar pikiran. Setiap pasangan saling berdiskusi mengenai hasil







jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat menjadi setingkat lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan metodologi pemecahan masalah yang lain.

Pada tahap ini, tidaklah diharuskan bahwa ada dua orang siswa untuk setiap kelompok. Langkah ini dapat berkembang dengan meminta pasangan lain untuk membentuk kelompok berempat dengan tujuan memperkaya pemikiran mereka sebelum berbagi dengan kelompok yang lebih besar (kelas).

3)    Sharing (berbagi)

Pada tahap akhir guru meminta kepada pasangan untuk berbagi jawaban dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Tahap ini merupakan tahap penyempurnaan tahap-tahap sebelumnya, dalam arti menolong agar semua kelompok berakhir pada titik yang sama. Kelompok yang belum menyelesaikan permasalahannya diharapkan menjadi lebih memahami pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan diakhir pembelajaran.

Kegiatan “berpikir-berpasangan-berbagi” dalam metode Think-Pair-Share memberikan keuntungan yaitu siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing dan siswa mampu bekerjasama dengan kelompok kecil maupun kelompok besar (kelas) .







Metode pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) diharapkan dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Selain itu, untuk membuat siswa menjadi lebih bersemangat dan lebih aktif dalam proses pembelajaran di kelas, maka digunakan teknik pemberian reward yang berupa nilai bonus (poin plus). Siswa mendapatkan penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap think sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi memberikan jawaban pada seluruh kelas.

c.    Kelebihan dan Kekurangan Metode pembelajaran Think-Pair-Share

Kelebihan :

Menurut Muslimin Ibrahim (2000 : 6) metode Think-Pair-Share mempunyai kelebihan antara lain :

1.    Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.

2.    Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat







selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.

3.    Angka putus sekolah berkurang. Metode pembelajaran TPS diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.

4.    Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional.

5.    Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam metode pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru.

Dengan pembelajaran TPS hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.










6.    Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap, sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.

7.    Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam metode pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.

Kelemahan :

1.    Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.

2.    Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.

3.    Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.



B.    Penelitian Yang Relevan

Penelitian tentang metode think-pair-share dalam peningkatan kualitas

pendidikan sudah dilakukan sebelumnya, diantaranya:

a.    Penelitian  yang  dilakukan  Dinda  Dwi  Kurniawati  (2010)  tentang

“Pengaruh Metode Mind Mapping Dan Keaktifan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Siswa Kelas Viii Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun

Pelajaran 2009 / 2010” dengan hasil penelitiannya bahwa metode mind mapping dan keaktifan belajar Geografi berpengaruh terhadap prestasi belajar Geografi pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Surakarta sebesar 69,8%.

b.    Penelitian yang dilakukan Evi Masluhatun Ni’mah tentang “Efektivitas

Model Pembelajaran Think-Pair-Share Dalam Mata Pelajaran Sejarah Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 3 Semarang mengalami peningkatan hasil belajar, ini dapat dilihat pada nilai rata-rata kelas yang menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share ternyata hasil belajarnya lebih besar yaitu 70,85 sedangkan dengan metode konvensional diperoleh hasil belajar sebesar 64,17”.

C.    Kerangka Berfikir

Metode think-pair-share merupakan metode yang memberikan kesempatan siswa untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan siswa lain. Dengan metode ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dikelas, sehingga lebih unggul dibandingkan pembelajaran ceramah yang







menggunakan metode hafalan dasar. Dengan kata lain, siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran dikelas karena siswa tidak hanya dituntut untuk mandiri tetapi juga harus dapat bekerjasama dengan kelompoknya.

D.    Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang sudah dikemukakan diatas, maka hipotesis yang diujikan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran Dinamika Planet Bumi dan Tata Surya SMA N 8 Padang dengan penerapan metode think-pair-share.





BAB III

METODE PENELITIAN




A.    Jenis Penelitian

Penelitian    ini    termasuk    Penelitian    Tindakan    Kelas    (PTK)    atau

Classroom Action Research. “ Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu jenis penelitian tindakan yang digunakan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas”.

Penelitian tindakan merupakan penelitian sebagai strategi pemecahan masalah dengan memanfaatkan tindakan nyata, kemudian melakukan refleksi terhadap hasil tindakan. Hasil dari tindakan tersebut dijadikan langkah pemilihan tindakan berikutnya sesuai permasalahan yang dihadapi. Dalam penelitian ini dilakukan secara kolaboratif bersama 2 observer menjadi pengamat keaktifan siswa selama pelaksanaan tindakan, dan peneliti bertindak sebagai pelaksana tindakan.

Ciri khusus dari penelitian tindakan kelas (PTK) adalah adanya tindakan yang nyata. Tindakan tersebut merupakan suatu yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.

B.    Tempat dan Waktu Pelaksanaan

1.    Tempat Penelitian

Penelitian ini tindakan kelas ini dilakukan di kelas X.8  SMA N 8 Padang



2.    Waktu Penelitian

Waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal Geografi dan sesuai kesepakatan dengan pihak SMA N 8 Padang yaitu dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2016 – 23 November 2016.

C.    Setting Penelitian

Setting penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah setting kelas, penelitian ini dilakukan di SMA N 8 Padang kelas X.8. Menurut Endang Mulyatiningsih ( 2011 : 65 ) pada penelitian tindakan, kelas dibuat alami apa adanya (natural) dan tidak ada kelas pembanding sehingga tidak memerlukan pengendalian lingkungan belajar.

Dari semua jumlah kelas X (9 kelas) di SMA N 8 Padang hanya akan dipilih satu kelas yang memiliki kendala dalam proses pembelajaran yang akan dijadikan subjek penelitian.

D.    Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah kelas X.8 yang berjumlah 32 siswa. Teknik pengambilan subjek penelitian dilakukan dengan cara Purposive Sampling karena permasalahan yang hanya ditemukan pada subjek tersebut.

E.    Rancangan Penelitian

Rancangan atau desain dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart dalam Suharsimi Arikunto (2011 : 16). Tahap-tahap dalam penelitian ini ada empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.





33


Hubungan secara tali temali dari keempat komponen ini dipandang sebagai suatu siklus. Jika dalam tindakan satu siklus hasil yang diperoleh belum memuaskan, maka dapat dilanjutkan pada siklus kedua dan seterusnya.

Adapun desain Penelitian Tindakan Kelas ini menurut Stephen Kemmis dan Robin Mc. Taggart dapat digambarkan sebagai berikut :

Identifikasi

Masalah

Perencanaan


Refleksi        SIKLUS I        Pelaksanaan
               

Pengamatan


                        Perencanaan               
                                       
                                   
                                   
Refleksi                SIKLUS II        Pelaksanaan
                                       
                                       
                                       
                        Pengamatan               
                                       
                                       
                                       
                                       
            ?                           
                                       

Gambar 1. Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis Berikut ini merupakan penjelasan tentang tahap – tahap Penelitian

Tindakan Kelas sesuai model Stephen Kemmis dan Robbin Mc. Taggart, yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu:













1.    Tahap Perencanaan

a.   Mengidentifikasi permasalahan

Permasalahan yang timbul dilapangan adalah tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran teori Geografi yang sangat kurang karena dalam penyampaian materi terkesan membosankan karena hanya menggunakan metode ceramah.

b.    Membahas solusi yang diperlukan guru

Solusi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah penerapan metode think-pair-share. Disini siswa dituntut aktif dalam pembelajaran secara individu maupun kelompok, dimana siswa diminta mengerjakan tugas secara individu dan bekerjasama dengan kelompok.

c.    Menyusun skenario pembelajaran

Skenario pembelajaran berupa RPP yang memuat serangkaian kegiatan pembelajaran dengan metode think-pair-share yang akan dilakukan dan hand out materi pembelajaran.

d.    Membuat lembar observasi pembelajaran

Lembar observasi pembelajaran yaitu lembar yang berisi tentang indikator-indikator aktivitas belajar siswa dan digunakan dalam melaksanakan pengamatan dikelas. Lembar observasi pembelajaran dapat digunakan untuk merekam proses dan dampak dari tindakan yang dilakukan dalam penelitian.

Lembar observasi pembelajaran dalam penelitian ini digunakan untuk melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dikelas. Observer atau pengamat harus cermat dan teliti dalam merekam proses belajar mengajar selama penelitian berlangsung.

e.    Menentukan bentuk pengecekan

Memberikan pengarahan kepada observer (teman sejawat) dalam mengamati dan menilai ketika proses belajar mengajar dengan metode think-pair-share.

2.    Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan merupakan implementasi tindakan kedalam konteks belajar mengajar yang sebenarnya. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan dengan menggunakan panduan perencanaan tindakan yang telah ditetapkan.

Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti memberikan pelajaran kepada siswa sesuai materi yang telah dipersiapkan sebelumya. Sedangkan teman sejawat (Noor Azizah dan Oktivita Putri Rohmana) sebagai observer mengamati aktivitas siswa pada saat sebelum, selama, dan sesudah proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat dan dokumentasi.

3.    Tahap Pengamatan (Observasi)

Pengamatan berfungsi sebagai proses pendokumentasian dampak dari tindakan dan menyediakan informasi untuk tahap refleksi. Pengamatan dilakukan bersamaan ketika tindakan dilakukan.







Pengamat harus membuat catatan-catatan dalam jurnal harian (catatan lapangan) mengenai jalannya tindakan yang diberikan. Pengamat akan mencatat perilaku guru dalam mengajar apakah sesuai dengan perencanaan atau tidak, dan dampak tindakan terhadap siswa (sebatas yang menjadi fokus penelitian, yaitu keaktifan belajar siswa dikelas selama pembelajaran

4.    Tahap Refleksi

Refleksi adalah upaya evaluasi diri secara kritis yang dilakukan oleh tim peneliti, kolaborator, outsider dan orang-orang yang terlibat didalam penelitian (Pardjono dkk, 2007 : 30). Kegiatan refleksi merupakan kegiatan memaknai proses, persoalan, dan kendala yang muncul selama proses tindakan. Refleksi dilakukan secara terbuka dengan cara melaksanakan diskusi bersama antara peneliti dan kolaborator. Refleksi dilakukan pada akhir siklus. Dari hasil refleksi ini, peneliti dapat menentukan perlu tidaknya dilakukan tindakan siklus berikutnya.

F.    Definisi Operasional

Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dalam sebuah penelitian. Menurut Sugiyono (2010 : 2) Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Peneliti harus terbuka dan dikomunikasikan terhadap orang lain. Oleh sebab itu, untuk menghindari perbedaan penafsiran dalam memahami







penelitian harus didefinisikan sejelas mungkin dalam bentuk definisi operasional. Definisi operasional dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : a. Metode Think-Pair-Share

Think-Pair-Share (TPS) adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 3 tahapan, yaitu thinking, pairing, dan sharing.

Dalam metode ini guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru siswa dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student oriented).


b.    Keaktifan Belajar Siswa

Keaktifan belajar adalah suatu keadaan dimana siswa aktif dalam belajar. Keaktifan belajar dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar yang beraneka ragam seperti pada saat siswa mendengarkan guru, berdiskusi, membuat tugas dan sebagainya.

Dalam pembelajaran ini keaktifan siswa diukur dengan menggunakan aspek afektif dimana siswa dikatakan aktif dengan kriteria kurang, rendah, sedang dan tinggi sesuai aspek yang diamati dalam lembar observasi yang mengacu pada 4 indikator yaitu menerima, merespon, menilaian dan mengorganisasikan dalam kegiatan belajar – mengajar dikelas.


















G.    Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Penelitian ini menggunakan metode observasi, dan dokumentasi.

a.    Metode Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan perilaku subjek penelitian yang dilakukan secara sistematik (Endang Mulyatiningsih, 2011 : 26). Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang dampak tindakan dalam proses pembelajaran.

Tujuan penggunaan metode observasi dalam penelitian ini adalah mengamati keaktifan siswa selama pembelajaran teori pada Geografi yang meliputi aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Berkaitan dengan teknik pengumpulan data yang digunakan tersebut, maka instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan catatan lapangan.

b.    Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumentasi. Data yang berupa dokumen misalnya, foto kegiatan pembelajaran, hasil diskusi siswa setelah pembelajaran dilaksanakan.













H.    Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi Arikunto, 2002 : 136).

Sesuai dengan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka instrumen dalam penelitian ini berupa lembar observasi, catatan lapangan dan dokumentasi. a

a.    Lembar Observasi

Lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk melakukan pengamatan terhadap sasaran pengukuran. Dalam penelitian ini sasaran pengukuran adalah siswa yang diamati selama proses belajar mengajar didalam kelas dengan menggunakan metode think-pair-share. Aktivitas belajar siswa diamati menggunakan lembar observasi keaktifan belajar siswa yang dilakukan setiap kali pertemuan.

Adapun kisi-kisi lembar observasi keaktifan siswa berdasarkan ranah afektif (taksonomi bloom) , yaitu sebagai berikut:




Tabel 5. Kisi-kisi lembar observasi keaktifan belajar siswa

Sub    Indikator    Sub Indikator    No Butir    Jml
Variabel                                Butir
        Konsentrasi    saat    1, 2, 3, 4, 5,    6
    Menerima    pembelajaran    6           
        berlangsung                   
    Merespon    Dorongan        untuk    7, 8, 9, 10,    7
        mengungkapkan    11, 12, 13   
        pendapat                       
                           
Keaktifan        Memberi            14, 15        2
    Menilai    penilaian terhadap               
                       
        hasil    diskusi               
        kelompok lain               
    Mengorganisasi    Keinginan        untuk    16,    17,    18,    7
        terlibat            19,    20,    21,   
                    22           


b.    Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan dalam mengumpulkan data-data adalah : Lembar hasil observasi, proses pembelajaran yang dicatat dalam catatan lapangan dan didokumentasikan dalam bentuk foto.


I.    Tekhnik Analisis Data

Penelitian tentang penerapan metode think-pair-share untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran Dinamika Planet Bumi dan Tata Surya di SMA N 8 Padang ini merupakan penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (2010 : 83) “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan pada variabel mandiri, tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain”. Endang Mulyatiningsih (2011 : 38) menyatakan bahwa penelitian deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data penelitian apa adanya dan tidak digunakan untuk mengambil kesimpulan statistik.

Jadi analisis deskriptif merupakan penelitian untuk mendeskripsikan tentang obyek yang diteliti sebagaimana adanya dan berlaku pada saat itu pula, sehingga hasil penelitian saat ini belum tentu sama dengan penelitian yang akan datang. Hal ini sesuai dengan data sampel atau populasi yang akan diteliti dan tidak membuat kesimpulan secara umum.

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif kuantitatif karena gejala-gejala hasil pengamatan yang diwujudkan dalam data dan diukur dalam bentuk angka maupun skor. Menurut Soedarsono (1998 : 4) pendekatan kuantitatif adalah semua informasi atau data yang diwujudkan dalam bentuk kuantitatif atau angka dan analisanya berdasarkan angka tersebut dengan menggunakan analisis-analisis statistik.



Menurut Endang Mulyatiningsih ( 2011 : 38) data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang telah diberi skor / nilai.

1. Analisis lembar observasi keaktifan belajar siswa

Analisis lembar observasi keaktifan belajar siswa dilakukan secara kuantitatif deskriptif dengan cara :

a.    Menghitung banyaknya siswa yang melakukan aktivitas sesuai indikator yang diamati.

b.    Mencari besar persentase skor aktivitas belajar siswa setiap indikator yang diamati pada setiap siklus dengan cara:

Persentase =    jumlah skor yang diperoleh  x 100%
Banyaknya seluruh peserta didik

c.    Menghitung rata-rata persentase keaktifan belajar siswa pada setiap indikator yang diamati pada setiap siklus.

d.    Mengkategorikan rata-rata keaktifan belajar siswa pada setiap indikator yang diamati pada setiap siklus, sesuai dengan kategori yang telah ditentukan untuk membuat simpulan mengenai aktivitas belajar siswa.

Tabel 6. Kualifikasi hasil persentase skor lembar observasi aktivitas belajar.

Persentase Skor Yang Diperoleh    Kategori
76% s.d 100%    Tinggi
51% - 75%    Sedang
26% - 50%    Rendah
0%    - 25%    Kurang
(Suharsimi Arikunto,    1995 : 18-19)   



K.    Indikator Keberhasilan

Keaktifan belajar siswa pada pembelajaran Dinamika Planet Bumi dan Tata Surya di SMP SMA N 8 Padang kelas X.8 setelah diterapkan metode pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) akan dikatakan meningkat jika hasil rata-rata persentase seluruh siswa lebih dari 50%. Indikator aspek-aspek keaktifan belajar siswa yang diamati antara lain : penerimaan, merespon, penilaian, pengorganisasian.

1. Menerima

Indikator menerima meliputi : masuk kelas tepat waktu, memperhatikan penjelasan guru, tidak mengobrol dengan teman saat pelajaran berlangsung, tidak bermalas-malasan dalam mengerjakan tugas, tidak mengerjakan pekerjaan lain saat guru menjelaskan.

2. Merespon

Indikator merespon meliputi : mencatat penjelasan penting yang diberikan guru, bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami, berusaha mengerjakan tugas yang diberikan, menjawab soal yang diberikan guru tanpa bantuan teman, menyumbangkan ide / gagasan dalam diskusi kelompok, aktif mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok, mencatat hasil diskusi.

3. Menilai

Aspek yang diamati pada indikator menilai antara lain : menghargai pendapat teman dalam kelompok dan memberi penilaian terhadap hasil diskusi teman / kelompok lain.

4. Mengorganisasi

Indikator mengorganisasi meliputi aspek-aspek sebagai berikut : bekerjasama dalam kelompok, tidak mengandalkan teman dalam mengerjakan tugas, tetap berada dalam kelompok selama diskusi berlangsung, jawaban yang disampaikan telah disepakati oleh anggota kelompok, menjaga kondisi kelompok agar tetap tertib dalam diskusi, dan melaporkan secara lisan atau tertulis hasil diskusi.

Keaktifan belajar siswa dinyatakan meningkat jika rata-rata keseluruhan siswa mengalami peningkatan dalam semua aspek dalam lembar observasi .





BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A.    Deskripsii Lokasi Penelitian Secara Umum

Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 8 Padang, Kota Padang, Sumatera Barat.
Keadaan sekolah  perlu diketahui sebagai tempat dilaksanakan PPL PPG,  observasi dan orientasi lapangan sangat perlu dilakukan oleh mahasiswa sertifikasi. Kegiatan ini dilakukan untuk pemanfaatan kemampuan mengajar guna mengetahui situasi dan kondisi di lingkungan tempat PPL PPG, serta mengatur teknik dan strategi dalam melakukan PPL PPG agar dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan yang dilakukan di SMA N 8 Padang, meliputi: (1) mengadakan observasi tentang situasi lingkungan fisik  dan sosial sekolah; (2) mengamati pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di dalam kelas; (3) memahami struktur organisasi SMA Negeri 8 Padang; (4) mengamati administrasi sekolah atau kelas; (5) mengenal dan memahami peraturan serta tata tertib yang berlaku di sekolah; (6) mengadakan observasi tentang interaksi belajar mengajar di kelas dan aktifitas siswa di luar kelas; (7) mengadakan observasi tentang penyelenggaraan layanan bimbingan belajar bagi anak yang bermasalah; (8) mengenal berbagai perangkat dan administrasi sekolah atau kelas; (9) mengenal berbagai perangkat pembelajaran di sekolah, antara lain sebagai berikut.
Pertama, perlengkapan administrasi kantor yang meliputi kalender pendidikan, daftar piket guru, buku absen guru, buku induk murid, arsip surat masuk dan keluar, papan grafik sekolah, papan data statistik sekolah biodata tenaga pengajar, papan dan struktur organisasi sekolah, daftar pelajaran, daftar nilai rata-rata semester, perkembangan jumlah murid lulus, perkembangan naik dan tinggal kelas, daftar kumpulan murid, daftar keadaan murid, buku inventaris, buku kas, buku kas umum, buku keuangan gaji pegawai, buku penerima beasiswa, buku data siswa, buku penerimaan murid baru, buku tamu khusus, buku tamu umum, dan buku program kerja terperinci kepala sekolah.
    Kedua, perlengkapan administrasi kelas yang meliputi buku pokok, buku daftar kelas, buku daftar nilai, kurikulum, silabus, buku rencana pembelajaran, daftar pelajaran, daftar piket, buku inventaris, daftar umur murid, rapor, tata tertib sekolah, dan buku kelas/guru kelas.
    Berikut ini disajikan jumlah siswa, sarana dan prasarana, serta jumlah tenaga pendidik di SMA N 8 Padang.   
Tabel 2. Kelas dan Jumlah Siswa
No     Kelas      Jumlah Siswa
1    Kelas X

Kelas X1
Kelas X2
Kelas X3
Kelas X4
Kelas X5
Kelas X6
Kelas X7
Kelas X8
Kelas X9


32
32
32
32
31
30
32
32
32

2    Kelas XI

Kelas XI IPA 1
Kelas XI IPA 2
Kelas XI IPA 3
Kelas XI IPA 4
Kelas XI GEOGRAFI 1
Kelas XI GEOGRAFI 2
Kelas XI GEOGRAFI 3
Kelas XI GEOGRAFI 4
   

33
33
33
32
32
32
31
31
3    Kelas XII

Kelas XII IPA 1
Kelas XII IPA 2
Kelas XII IPA 3
Kelas XII IPA 4
Kelas XII GEOGRAFI 1
Kelas XII GEOGRAFI 2
Kelas XII GEOGRAFI 3
Kelas XII GEOGRAFI 4
   

31
32
32
32
31
29
31
30
4    Total : 25 kelas    790


Tabel 3. Sarana dan Prasarana Sekolah
No.    Ruang    Jumlah    Keterangan
1    Kepala Sekolah    1    Permanen
2    Wakil Kepala Sekolah    1    Permanen
3    Majelis Guru    1    Permanen
4    Guru BK    1    Permanen
5    Tata Usaha    1    Permanen
6    Kelas (Ruang Belajar)    25    Permanen
7    Pratikum Kimia/Fisika    1    Permanen
8    Labor Komputer    1    Permanen
9    Pratikum Biologi    1    Permanen
10    Perpustakaan    1    Permanen
11    Media Belajar    1    Permanen
12    Mushalla    2    Permanen
13    OSIS    1    Permanen
14    UKS    1    Permanen
16    Kantin Sekolah    4    Permanen
17    Toilet Guru     2    Permanen
18    Toilet Siswa    6    Permanen
Tabel 4. Jumlah Pendidik dan Tenaga Kependidikan
1     kualifikasi Kepala Sekolah    S2   
2     jumlah guru    72    Orang
3     jumlah guru S1/D4    58    Orang
4     jumlah guru >S1     14    Orang
5     jumlah tenaga kependidikan    12    Orang


B.    Hasil Penelitian

Pembelajaran Geografi pada siswa kelas X.8 ini sesuai silabus dijadwalkan satu kali dalam seminggu. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam beberapa siklus yaitu pra siklus, siklus I dilanjutkan siklus II, dimana tiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Tahap pelaksanaan tindakan merupakan penerapan rancangan tindakan yang telah disusun berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


(RPP) dengan menggunakan metode think-pair-share untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa.

Berdasarkan kesepakatan dengan guru, pelaksanaan penelitian dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran. Secara rinci jadwal pelajaran selama penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Siklus    Pertemuan    Hari, Tanggal    Kegiatan
    Ke-       
           
            Pembelajaran Teori PKK dengan
I    1    Selasa,    metode Think-Pair-Share materi
        11 Oktober 2016    Dinamika Planet Bumi dan Tata Surya
           
            Pembelajaran Teori PKK dengan
II    2    Selasa,    metode Think-Pair-Share materi
        18 Oktober 2016    Dinamika Planet Bumi dan Tata Surya
           


Data yang disajikan dalam penelitian tindakan kelas ini merupakan hasil pengamatan dengan menggunakan lembar observasi, catatan lapangan dan dokumentasi. Adapun hal-hal yang diuraikan meliputi deskrGeografii tiap siklus dan pembahasan hasil penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian Tindakan Kelas Pra Siklus

Dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2016 di kelas X.8 B. a. Perencanaan

Perencanaan dilakukan oleh guru tanpa berkolaborasi dengan peneliti. Pada pra siklus (tindakan) peneliti dan teman sejawat hanya sebagai observer (pengamat). Hasil pengamatan akan direfleksi bersama guru sebagai acuan untuk melakukan tindakan selanjutnya.


b.    Tindakan

Pada tahap ini, guru melakukan kegiatan belajar mengajar seperti biasanya dengan perencanaan yang telah dibuat oleh guru, yaitu menerangkan materi pembelajaran dengan ceramah, peneliti dan teman sejawat hanya sebagai observer.

Pada proses pembelajaran guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan LKS sebagai media yang digunakan, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat apabila guru menyuruh mencatat. Pembelajaran dengan metode terlihat bosan dan kurang aktif pada kegiatan belajar mengajar didalam kelas.

c.    Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat. Pada tahap awal peneliti mengamati keaktifan siswa dikelas selama proses pembelajaran melalui observasi antara lain aktivitas siswa dikelas, keterlibatan siswa dalam pembelajaran, sikap siswa terhadap mata pelajaran, dan penggunaan metode pembelajaran yang digunakan.

Dari hasil pengamatan peneliti mendapatkan informasi tentang kondisi di kelas pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Guru mengajar di kelas dengan menggunakan metode ceramah dan LKS sebagai media pada saat pembelajaran berlangsung. Kondisi siswa pada saat mengikuti proses belajar mengajar pada umumnya masih pasif, pada saat guru menyampaikan materi siswa hanya mendengarkan dan mencatat apabila guru menyuruh bahkan ada beberapa siswa yang tidak


mendengarkan. Suasana kelas ramai tetapi guru terus saja menerangkan, dan juga terlihat masih banyak siswa yang menundukkan kepalanya di meja, ada beberapa siswa yang sering menyeletuk hal-hal diluar materi pelajaran, ada juga siswa yang mengobrol dengan temannya dan mengerjakan tugas pelajaran lain. Setelah guru selesai menerangkan, siswa disuruh mengerjakan tugas yang ada di LKS dan guru tidak berkeliling melihat satu persatu. Setelah siswa selesai mengerjakan jawaban LKS baru dikoreksi bersama-sama tetapi jika waktu telah habis jawaban LKS tersebut akan dikoreksi minggu yang akan datang.

d.    Refleksi

Pada tahap ini, refleksi dilakukan oleh guru berkolaborasi dengan peneliti. Dari hasil refleksi peneliti dan guru sepakat untuk melakukan tindakan dengan menerapkan metode think-pair-share yang bertujuan meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Geografi di SMA N 8 Padang

Pada kegiatan pra siklus (tindakan) peneliti memberikan penjelasan kepada siswa – siswa kelas X.8 mengenai alur metode pembelajaran think-pair-share yang akan dilaksanakan pada pembelajaran selanjutnya. Penjelasan yang diberikan oleh peneliti diharapkan dapat memperlancar penelitian.


2. Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

a.    Perencanaan Siklus I

Pada siklus I ini proses pembelajaran Geografi direncanakan satu kali pertemuan dengan menggunakan metode pembelajaran think-pair-share, untuk memperlancar dan mempermudah dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dibantu oleh teman sejawat sebagai observer. Observer dipilh 2 orang karena aspek dan jumlah siswa yang diamati banyak sehingga untuk memudahkan penelitian menggunakan 2 observer.

Tahap perencanaan pelaksanaan siklus I sebagai berikut:

a)    Peneliti bersama guru bidang studi menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pokok bahasan Dinamika Planet Bumi

b)    Menyusun lembar pengamatan aktivitas siswa dengan metode TPS (Think-Pair-Share) untuk siswa berupa lembar observasi.

c)    Menyiapkan catatan lapangan dan dokumentasi berupa gambar

kegiatan siswa dikelas.

b.    Pelaksanaan Tindakan

Tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 11 Oktober 2016, selama 2 x 40 menit. Pelaksanaan tindakan siklus I ini terdapat rangkaian pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal (pembukaan), inti (pelaksanaan), dan akhir (penutup).

Selama proses pembelajaran berlangsung, dilakukan pengamatan kegiatan siswa yang terdiri dari 4 indikator yaitu:

a.    Menerima

b.    Merespon

c.    Menilai

d.    Mengorganisasi

Selain mengamati kegiatan siswa dengan lembar observasi, peneliti juga membuat catatan lapangan siswa melalui format catatan lapangan. Selama proses pembelajaran berlangsung, dilakukan observasi aktivitas atau kegiatan siswa dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun pada tahap perencanaan. Lembar observasi terdiri dari lembar observasi aktivitas atau kegiatan siswa, dan catatan lapangan. Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan materi menjelaskan macam-macam perabot dan peralatan memasak.

Peneliti memasuki ruang kelas X.8 untuk memulai kegiatan pembelajaran. Peneliti membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Sebelum melanjutkan kegiatan berikutnya peneliti menanyakan kesiapan siswa kelas X.8 selanjutnya peneliti melakukan presensi. Pada pertemuan kali ini, semua siswa hadir. Setelah presensi, peneliti menyampaikan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran. Sebelum memulai ke kegiatan inti, siswa diberikan pembelajaran sesuai dengan materi yang akan dipelajari yaitu macam-macam. Guru menerangkan materi pembelajaran dibantu dengan hand out sebagai media

pembelajaran. Pada siklus I teman sejawat yang bertindak sebagai observer untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran adalah Dinda Annisa dan Fagar Jumadi .

Setelah kegiatan awal, dilanjutkan ke kegiatan inti yaitu masuk ke pembelajaran TPS (Think-Pair-Share). Pada tahap pertama yaitu think, guru memberikan siswa soal yang berkaitan dengan materi untuk dikerjakan secara individu pada lembar kerja yang telah disediakan. Soal yang diberikan berupa soal essay sehingga siswa harus berfikir lebih dalam mengerjakannya. Pada tahap ini siswa tidak diperkenankan berdiskusi atau bekerja sama dengan temannya, akan tetapi siswa diperbolehkan melihat buku paket dalam mengerjakan tugas beberapa siswa terlihat antusias pada saat mengerjakan soal, meskipun ada juga beberapa siswa yang kurang percaya diri dalam mengerjakan soal, sehingga masih sering melihat jawaban milik temanya. Mereka melakukan hal demikian karena mereka menganggap jawaban temannya lebih baik dari jawaban mereka, bahkan ada siswa yang mengobrol saat diminta mengerjakan tugas dengan teman lainnya.


Gambar 2. Siswa saat diminta mengerjakan tugas



Setelah tahapan think selesai, guru meminta siswa berpasangan dengan kelompoknya masing - masing kelompok terdiri dari 8 siswa (4 kelompok) untuk mendiskusikan hasil jawaban mereka dengan anggota kelompok. Dalam kelompok mereka diminta untuk berpasangan dengan salah satu temannya. Ketika berpasangan dalam kelompok, guru dan peneliti memeriksa pelaksanaan pair (berpasangan) dari kelompok satu kekelompok yang lain dan membantu jika ada kesulitan yang dihadapi ketika diskusi serta mengkondisikan agar diskusi dalam kelompok berjalan sesuai harapan. Jawaban hasil kerja masing – masing siswa, dicocokkan dengan teman sekelompok, jika terdapat kesalahan, dibenarkan pada saat tersebut. Disini siswa terlihat lebih senang karena mereka bisa saling berbagi informasi dengan teman yang lain. Pada siklus I ini siswa masih terlihat ragu dalam menjawab soal, karena takut hasil jawabannya salah. Jawaban hasil diskusi ditulis pada lembar kerja untuk dikumpulkan dan dipersentasikan. Tahapan ini disebut dengan pair (berpasangan).

Setelah tahap Think, Pair selesai dilaksanakan maka tahapan selanjutnya yang harus dilaksanakan adalah tahapan share yaitu setiap kelompok diskusi diberi kesempatan untuk mempresentasikan jawaban hasil diskusi mereka di depan kelas. Kelompok atau siswa yang lain dipersilahkan untuk memberi pertanyaan, sanggahan, atau komentar terhadap kelompok yang tampil. Pada siklus I tahapan share kurang maksimal karena pada saat diberi kesempatan untuk maju siswa tidak mau


dan akhirnya guru menunjuk pasangan kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, dan kelompok 4 untuk mengemukakan hasil diskusi kelompoknya, begitupun saat ada kelompok yang maju beberapa siswa lain hanya mendengarkan saja tanpa memberi penilaian tentang hasil diskusi temannya. Adapun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus I ini dapat dilihat pada lampiran.

c.    Hasil Pengamatan (Observasi) Siklus I

Hasil pengamatan yang didapat dari Siklus I dilakukan secara langsung selama proses pembelajaran berlangsung. Pada saat guru menyampaikan materi siswa mendengarkan tapi kurang aktif dalam hal bertanya. Ketika siswa diberi tugas untuk mengerjakan secara individu (tahap think) tidak sedikit siswa yang tetap bertanya kepada teman yang lain bahkan ada juga yang mengobrol, tetapi saat siswa diminta berkelompok dan berpasangan dengan temannya mereka terlihat bersemangat terlebih ketika masing–masing anggota kelompok mengemukakan hasil diskusi kelompok masing-masing. Pembagian kelompok berdasarkan tempat duduk masing-masing anggota kelompok, hal ini membuat mereka antusias dalam berdiskusi tetapi juga suasana kelas menjadi ramai.

Dalam pembagian kelompok diskusi ini juga terlihat masih banyak siswa yang kurang aktif dalam kelompok, diam jika tidak diminta pendapat, masih berjalan-jalan, mengobrol bahkan menggambar atau corat-coret dikertas.


Dari hasil pengamatan diketahui bahwa keaktifan siswa X.8 selama pembelajaran dikelas belum maksimal sesuai yang diharapkan, tingkat keaktifan siswa dalam siklus I ini masih dikatakan sedang karena dari hasil pengamatan dapat dilihat dari data kelompok yaitu : 1 (72%), kelompok 2 (58%), kelompok 3 (61%), kelompok 4 (60%).

d.    Refleksi Siklus I

Pada tahap ini, refleksi dilakukan oleh guru berkolaborasi dengan peneliti, pembelajaran dengan metode TPS (Think-Pair-Share) sudah berjalan sesuai prosedur yang telah direncanakan. Walaupun demikian masih terdapat permasalahan yang harus diselesaikan supaya pada siklus II dapat diperbaiki. Permasahan tersebut antara lain:

a)    Siswa masih sering mengobrol, saat ditanya guru masih bertanya kepada teman yang lain.

b)    Siswa kurang aktif dalam diskusi kelompok, hanya sesekali berpendapat.

c)    Masih banyak siswa yang hanya mengandalkan LKS dan materi yang diberikan guru (tidak ada referensi lain). Hasil dari lembar observasi keaktifan belajar siswa menunjukkan bahwa aspek membawa bahan referensi selain dari guru yang berhubungan dengan pembelajaran PKK termasuk kriteria rendah.


56


Dari permasalahan-permasalahan yang muncul pada siklus I, peneliti bersama guru merencanakan langkah-langkah perbaikan yang akan diterapkan pada siklus II.

3. Penelitian Tindakan Kelas Siklus II

Pertemuan Siklus II, dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 25 Oktober 2016. Siklus II dilaksanakan karena pada siklus I peneliti merasa hasail penelitian kurang maksimal. Prosedur pelaksanan Siklus II ini hampir sama dengan Siklus I hanya saja materi yang diberikan berbeda yaitu tentang penggunaan alat memasak sesuai fungsinya.

a.    Perencanaan Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, perencanaan yang disusun untuk siklus II dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a)    Guru harus lebih memotivasi siswa agar aktif dalam Pembelajaran dikelas.

b)    Guru juga menekankan agar siswa lebih berani mengungkapkan pendapat atau bertanya. Walaupun pendapat yang diungkapkan salah guru tidak akan menertawakan ataupun marah, bahkan guru akan bangga dengan keberanian siswa.

b.    Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 25 Oktober 2016, selama 2 x 40 menit. Pelaksanaan tindakan siklus I ini terdapat

rangkaian pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal (pembukaan), inti (pelaksanaan), dan akhir (penutup).

Selama proses pembelajaran berlangsung, dilakukan pengamatan kegiatan siswa yang menyangkut keaktifan siswa dikelas baik secara individu maupun kelompok dengan lembar observasi, catatan lapangan dan dokumentasi.

Adapun pelaksanaan tindakan pada materi penggunaan alat memasak sesuai fungsinya. Peneliti memasuki ruang kelas X.8 untuk memulai kegiatan pembelajaran. Peneliti membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Sebelum melanjutkan kegiatan berikutnya peneliti menanyakan kesiapan kesiapan siswa kelas X.8 selanjutnya peneliti melakukan presensi. Pada pertemuan siklus II ini juga , semua siswa hadir. Setelah presensi, peneliti menyampaikan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran serta materi yang akan dipelajari pada pertemuan kali ini. Sebelum memulai ke kegiatan inti, siswa diberikan pembelajaran sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Guru menggunakan hand out sebagai media pembelajaran. Pada siklus II observer mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran. Dalam pelaksaan tindakan kelas siklus II peneliti menggunakan RPP yang telah dibuat sebelumnya sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran.

c.    Hasil Pengamatan (Observasi) Siklus II

Dalam pembagian kelompok diskusi ini sama dengan pembagian kelompok pada siklus I. Hasil pengamatan yang didapat dari Siklus II


tingkat keaktifan siswa yang diamati meningkat dapat dilihat dari hasil pengamatan data hasil yang didapat dari lembar observasi yaitu kelompok 1 (82%), kelompok 2(77%), kelompok 3(80%), kelompok 4 (83%).

Berikut adalah data dan grafik observasi keaktifan belajar siswa kelas VIIB dengan menggunakan metode think-pair-share :

Tabel 7 Data Observasi Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa :

No.    Nama Kelompok    Hasil Observasi
           
        Siklus I    Siklus II
1.    Kelompok A    72%    82%
2    Kelompok B    58%    77%
3.    Kelompok C    61%    80%
4.    Kelompok D    60%    83%
    Rata-rata keseluruhan    62,75%    80,5%

Secara lengkap hasil observasi siswa dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan hasil observasi keaktifan belajar siswa terjadi

peningkatan keaktifan sebesar 17,75 % , dimana pada siklus I tingkat keaktifan belajar siswa 62,75% dan pada siklus II meningkat menjadi 80,5%.

Peningkatan keaktifan belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat digambarkan pada diagram hasil observasi berikut :

Diagram 1. Keaktifan Belajar Siswa Selama Siklus I dan Siklus II


d.    Refleksi Siklus II

Pada siklus II ini, refleksi dilakukan oleh guru berkolaborasi dengan peneliti, pembelajaran dengan metode TPS (Think-Pair-Share) sudah berjalan sesuai prosedur yang telah direncanakan dan hasilnya sudah meningkat sesuai yang diharapkan. Dari hasil pengolahan data lembar observasi yang dilakukan pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa dari semua aspek yang diamati mengalami peningkatan yaitu dari siklus I 62,75% meningkat menjadi 80,5% pada siklus II. Sehingga antara guru dan peneliti sepakat penelitian hanya sampai pada siklus II saja.



C.    Pembahasan

1.    Tingkat keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran Dinamika Planet Bumi dan Tata Surya Di SMA N 8 Padang

Dari hasil pengamatan dengan menggunakan lembar observasi dan dokumentasi tingkat keaktifan siswa pada pra siklus masih sangat kurang karena pada pra siklus siswa masih terlihat kurang aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran PKK dikelas. Penggunakan metode pembelajaran ceramah pada pra siklus tidak melibatkan kerjasama atau diskusi serta presentasi kelas sehingga aspek keaktifan yang didapat belum maksimal. Keaktifan belajar siswa dalam penelitian ini diukur dengan 4 indikator yaitu penerimaan, merespon, penilaian dan pengorganisasian.

Peningkatan keaktifan belajar siswa dapat terlihat setelah diterapkan metode think-pair-share dalam pembelajaran teori PKK pada siklus I dan siklus II. Rata-rata kelas yang diperoleh dari lembar observasi keaktifan belajar siswa dalam kelompok pada siklus I adalah sebesar 62,75% (sedang) dan meningkat menjadi 80,5% (tinggi) pada siklus II.



Untuk lebih jelas tentang tingkat keaktifan belajar siswa dapat dilihat pada tabel tingkat keaktifan belajar siswa dalam kelompok.

Tabel Tingkat keaktifan belajar siswa berdasarkan hasil observasi :

No.        Nama        Hasil Observasi   
        Kelompok               
            Siklus I    Kategori    Siklus II    Kategori
1.        Kelompok A    72%    Sedang    82%    Tinggi
2        Kelompok B    58%    Sedang    77%    Tinggi
3.        Kelompok C    61%    Sedang    80%    Tinggi
4.        Kelompok D    60%    Sedang    83%    Tinggi
    Rata-rata    62,75%    Sedang    80,5%    Tinggi


2.    Peningkatan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran Dinamika Planet Bumi dan Tata Surya SMA N 8 Padang sebelum dan sesudah penerapan metode

Think-Pair-Share.

Penerapan metode think-pair-share (TPS) di SMP SMA N 8 Padang kelas X.8 telah dilakukan sesuai tahapan pelaksanaannya, yaitu tahapan think (berfikir), pair (berpasangan) dan share (berbagi) dengan kelompok.

Data hasil pengamatan dengan lembar observasi didapatkan hasil sebelum dan sesudah penerapan metode think-pair-share keaktifan siswa sebesar 32% dengan kategori rendah, pada siklus I meningkat sebesar 31% dimana pada siklus I keaktifan belajar siswa menjadi 63%, dan pada



62


siklus II terjdi peningkatan sebesar 19 % sehingga keaktifan belajar siswa menjadi 82%. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan dengan penerapan metode think-pair-share keaktifan belajar siswa meningkat.

D.    Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan di kelas X.8  SMA N 8 Padang banyak keterbasan antara lain:

a.    Pengamatan yang dilakukan terhadap keaktifan siswa belum optimal

karena penelitian hanya dilaksanakan untuk satu  kali pertemuan dalam seminggu sehingga peningkatan keaktifan siswa belum terlihat secara maksimal.

b.    Diskusi (pair) merupakan kegiatan yang disukai siswa tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama dan siswa memilih pasangannya sendiri dalam kelompok sehingga terkadang siswa masih sempat mengobrol maka perlu perencanaan yang matang dalam pembagian kelompok.



BAB V

SIMPULAN DAN SARAN




A.    Simpulan

1.    Tingkat keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran Dinamika Planet Bumi dan Tata Surya Di SMA N 8 Padang

Dari hasil pengamatan dengan menggunakan lembar observasi tingkat keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran teori PKK sebelum sebelum tindakan sebanyak 32% dengan kategori rendah. Pada siklus I tingkat keaktifan belajar siswa dengan penerapan metode think-pair-share meningkat menjadi 63% dengan kategori sedang dan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 17,75% dimana keaktifan belajar siswa menjadi 82% dengan kategori tinggi.


2.    Peningkatan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran Dinamika Planet Bumi dan Tata Surya SMA N 8 Padang sebelum dan sesudah penerapan metode

Think-Pair-Share.

Penerapan metode think-pair-share (TPS) di SMP SMA N 8 Padang kelas X.8 telah dilakukan sesuai tahapan pelaksanaannya, yaitu tahapan think (berfikir), pair (berpasangan) dan share (berbagi) dengan kelompok.

Tahap pertama penerapan metode think-pair-share yaitu think dimana siswa diberi tugas untuk mengerjakan secara individu. Tugas diberikan setelah guru menerangkan materi pelajaran. Tahap kedua yaitu pair siswa diminta berpasangan dalam kelompoknya masing-masing. Kelompok terdiri dari 9 kelompok yang masing-masing kelompok berjumlah 4 siswa (8 kelompok) dan 6 siswa (1 kelompok). Tahap ketiga dalam penerapan metode penelitian ini yaitu tahap share, dimana masing-masing kelompok berbagi jawaban dengan kelompok lainnya dengan cara mempresentasikan jawaban hasil diskusi didepan kelas.

Data hasil pengamatan dengan lembar observasi didapatkan hasil sebelum dan sesudah penerapan metode think-pair-share keaktifan siswa sebesar 32% dengan kategori rendah, pada siklus I meningkat sebesar 31% dimana pada siklus I keaktifan belajar siswa menjadi 62,75%, dan pada siklus II terjdi peningkatan sebesar 17,75 % sehingga keaktifan belajar siswa menjadi 80,5%. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan dengan penerapan metode think-pair-share keaktifan belajar siswa meningkat.



B.    Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, dapat diberikan saran

sebagai berikut:

1.    Siswa kelas X.8 SMA N 8 Padang menunjukkan tanggapan yang baik setelah dilaksanakan metode pembelajaran Think-Pair-Share (TPS). Melihat hal tersebut peneliti menyarankan kepada guru untuk menggunakan metode pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) sebagai salah satu alternatif pembelajaran teori PKK selanjutnya.

2.    Apabila menggunakan metode pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) maka dibutuhkan perencanaan yang baik dan pengelolaan waktu yang tepat. Pertanyaan untuk diskusi sebaiknya lebih menantang, sehingga siswa bisa lebih bekerja keras dalam mengerjakan tugas.





DAFTAR PUSTAKA



Anita Lie. 2004. Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di

Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT. Grasindo.


Departemen  Pendidikan  Nasional.  2005.  Model  –  Model  Pembelajaran  Yang
Efektif.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Petunjuk Teknik Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Sekolah Menengah Kejuruan.

Dinda Dwi Kurniawati. 2010. Pengaruh Metode Mind Mapping Dan Keaktifan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Siswa Kelas Viii Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2009 / 2010. SkrGeografii : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Evi Masluhatun Ni’mah. 2007. Efektivitas Model Pembelajaran Think-Pair-Share Dalam Mata Pelajaran Sejarah Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 3 Semarang. SkrGeografii : Universitas Negeri Semarang.

Endang Mulyatiningsih. 2011. Riset Terapan Bidang Pendidikan & Teknik. Yogyakarta : UNY Press.

Ery Utomo. Pokok – Pokok Pengertian Dan Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal. Jakarta : Depdikbud.

Erman    Suherman.    2001.    Strategi    Pembelajaran    Matematika    Kontemporer.
Bandung : JICA-UPI.

Jamal Ma’mur Asmani. 2011. 7 Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : DIVA Press.

Moh. Uzer Usman. 1993. Upaya Optimalisasi kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Muslimin Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press.

Nana Sudjana. 2004. Dasar – Dasar Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.


Nurhadi.    2004.    Pembelajaran    Konstektual    dan    Penerapannya    dalam    KBK.
Malang: UM Press.

Oemar Hamalik. 2005. kurikulum dan pembelajaran. Jakarta :PT bumi aksara

Pardjono. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Lembaga

Penerbit UNY.

Rochiati Wiriaatmadja. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya.

Sardiman, A. M.. 2005. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo Persada.

Silberman.    2006.    Active    Learning    101    Strategi    Pembelajaran    Aktif .    Yogyakarta:
Yappendis

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 1995. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

.    2002.    Prosedur    Penelitian,    Suatu    Pendekatan    Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.

. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara

Suparman. 2007. Model Kurikulum Satuan SMP Dan MTS. Solo : PT. Tiga Serangkai.

Yamin Martinis. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta : Prestasi Pustaka.

http://www.scribd.com/doc/58087519/TEORI-ORANG-BELAJAR-1. diakses pada 15 januari 2012.
Read More