21 Februari 2017

Perjuangan Pelajar SMA N 1 Pagai Selatan (Mentawai) Ditengah Keterbatasan

Pendidikan menjadi dasar bagi setiap individu untuk mengembangkan kompetensinya dikemudian hari. Demikian halnya bagi para Pelajar di SMA N 1 Pagai Selatan. SMA Satu Atap (SATAP), dimana saat ini masih menompang Proses Belajar (PBM) di SMP N 2 Pagai Selatan. Begitu juga dengan pimpinan SMA ini masih dijabat oleh Plt yaitu Kepala Sekolah dari SMP N 2 Pagai Selatan Bapak Arnis Sakeru, S.Pd.Dengan sistem satu atap, maka urusan dan berbagai masalah menjadi tanggung jawab dari pada Kepala Sekolah SMP. 
Siswa SMA N 1 Pagai Selatan sedang belajar di gedung SMP N 2 Pagai Selatan
Dengan Berbagai permasalahan baik PBM dan lain sebagainya dihadapi oleh para guru dan kepala sekolah hal ini bukan menjadi penghalang bagi sistem pendidikan di sekolah ini dalam kelancaran proses belajar mengajar. Tekad para guru dan siswa begitu tinggi dalam meningkatkan pendidikan di daerah ini. Apalagi lokasi sekolah ini merupakan daerah Relokasi Hunian Tetap (HUNTAP) Pasca gempa dan Tsunami 2010 di Mentawai. 

Dengan status Daerah relokasi, maka daerah ini masih dalam tahap pembenahan. Seperti Rumah hunian tetap yang sudah ditempati masyarakat. Tetapi jalan yang merupakan salah satu akses ke daerah ini masih kurang layak, begitu juga dengan telekomunikasi. Dimana saat ini yang tersedia hanya jaringan Wifi, internet dari Kominfo. Dengan keterbatasan dan jarak sekolah yang begitu jauh dari pemukiman, para peserta didik rela jalan kaki sejauh 6 kilo meter. Karena di daerah ini belum ada transportasi khusus bagi anak sekolah. Hanya sebagian siswa/i naik sepeda motor dan diantar oleh orang tua.

Peserta didik di SMA ini lebih dari 100 orang, yang didominasi dari daerah relokasi huntap. Karena masih sekolah yang statusnya Satu Atap denga SMP. Tentu segala fasilitas belum memadai, dan sangat butuh ketersediaan penunjang pembelajaran. Seperti hal utama adalah, buku bacaan dan pelajaran bagi para siswa dan guru. Seratusan lebih siswa SMA ini hampir tidak dapat buku pelajaran, sehingga minat dan wawasa belajar anak agak terbatas. Hingga saat ini juga para peserta didik hanya mendapatkan materi dari guru saja.

Walaupun sudah dalam pembangunan gedung SMA, tetapi sekolah ini tidak mencukupi buat rombel di SMA. Sehingga harus tetap menompang di SMP. Para guru di SMA ini yang PNS hanya Plt Kepsek SMP, selain itu guru Kontrak dan beberapa Guru tidak tetap. Begitu juga dengan guru dari Program SM-3T dari LPTK Unimed ada 3. Guru juga dituntut supaya dapat lebih kreatif ditengah keterbatasan sarana dan prasarana. Dan hingga saat ini penulis sendiri yang merupakan alumni SM-3T dan PPG SM-3T mengabdikan diri di SMA ini sebagai guru sukarela. 
Kebiasaan belajar dan membaca harus diterapkan dari sejak dini, sehingga menimbulkan minat belajar dan rasa ingin tahu dari para peserta didik. Sehingga tercipta generasi emas, generasi yang dapat dimanfaatkan dalam menyongsong bonus demografi 20 hingga 30 tahun mendatang. Mari Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia.

Terima kasih atas kunjungannya di blog "IDsaragih.com". Pertanyaan dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini.
EmoticonEmoticon