Wilayah geografis Indonesia Bagian timur terkhusus di daerah
Nusa Tenggara Timur dan Maluku Barat Daya, curah hujan tidak merata setiap
tahunnya. Berbeda dengan daerah di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan
Sulawesi yang curah hujannya merata setiap tahun.
Wajar jika kita amati di berita, daerah Nusa Tenggara dan
Maluku sangat rentan dengan kekeringan lahan. Namun hal ini tidak menyurutkan
semangat masyarakat setempat untuk berjuang dan malah kemarau ini memicu
kreatifitas masyarakat untuk lebih rajin, kreatif dan kerja keras.
Guru Bersama Anak Sekolah, membuat Bedeng di lahan berbatu dan kering kompleks sekolah Desa Tounwawan |
Jika musim kemarau tiba, maka rumput dan semak akan layu dan
mati, hingga yang kelihatan di hutan adalah pohon tinggi yang tumbuh diantara
semak yang sudah mati dan menguning. Namun masyarakat Kabupaten Maluku Barat
Daya, tetap dapat bercocok tanam, dengan bekerja lebih eksrta lagi. Karena itu
watak masyarakat Maluku banyak yang pekerja keras.
Bahkan kebutuhan akan air bersih sangat sulit kita temui, karena di darah ini geografisnya berupa sabana yang luas dan indah. Kita harus mencari sumber air yang jauh dari pemukiman dengan menggunakan ember, dan gerobak yang digunakan untuk kebutuhan MCK. Rutinitas ini akan tetap kita lakukan setiap hari. Hal ini lah yang dialami oleh rekan SM-3T di kabupaten Maluku Barat Daya.
Bahkan kebutuhan akan air bersih sangat sulit kita temui, karena di darah ini geografisnya berupa sabana yang luas dan indah. Kita harus mencari sumber air yang jauh dari pemukiman dengan menggunakan ember, dan gerobak yang digunakan untuk kebutuhan MCK. Rutinitas ini akan tetap kita lakukan setiap hari. Hal ini lah yang dialami oleh rekan SM-3T di kabupaten Maluku Barat Daya.
Landscape Alam di Desa Tounwawan, Pulau Moa, Kabupaten Maluku Barat Daya. Doc Putri Citra Dewi SM-3T |
Seperti halnya di daerah Desa Tounwawan, Pulau Moa,
Kabupaten Maluku Barat Daya. Tempat tugas Lefrizal dan Putri SM-3T asal
Universitas Negeri Padang yang sudah merasakan sulitnya kebutuhan akan air. Masyarakat mempunyai kearifan lokal bercocok
tanam dengan memanfaatkan lahan berbatu dan kering. Dimana lahan ini terlebih
dahulu dipagar supaya tidak dirusak oleh ternak. Maklum di daerah ini
masyarakat banyak beternak Sapi, Kuda, Kambing dan Babi. Caranya yaitu dengan
membongkar batu yang ada di lahan tersebut, dan batu yang dibongkar disusun
sedemikian rupa, hingga membentuk bedengan tanah. Nah, ditengah batu ini lah
diisi tanah maupun humus, yang kelak ditanami berbagai sayuran. Digemburkan setiap
hari, sebelum tiba waktu menanam bibit. Tetapi hasil kebun dari masyarakat dengan
kondisi lahan berbatu ini bagus, seperti bawang yang terkenal yaitu di Pulau
Lakor, silahkan lihat link videonya disini
Setelah bedeng selesai, maka waktunya menanam bibit sayuran.
Dan bedeng wajib di siram setiap hari, suapaya tanah tetap lembab, jika tidak
disiram maka kemungkinan besar tanah kembali tandus dan bibit sayuran tadi akan
mati. Seperti inilah kesibukan masyarakat setiap musim kemarau, menyesuaikan
diri dengan lingkungan.
Bayangkan dengan masyarakat yang tinggal di Sumatera, yang
curah hujannya merata setiap tahun. Tidak perlu lagi menyiram tanama rutin
setiap hari. Sementara di Maluku Barat Daya, harus dipagar, batu dibongkar dan
wajib disiram secara rutin setiap hari. Hikmah yang dapat kita petik dari
kearifan masyarakat di desa tounwawan ini adalah kerja keras.
Terima kasih atas kunjungannya di blog "IDsaragih.com". Pertanyaan dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini.
EmoticonEmoticon