19 Desember 2016

Kearifan Lokal Masyarakat Desa Tounwawan, Kabupaten Maluku Barat Daya Bercocok Tanam Di Lahan Bebatuan yang Tandus.

Wilayah geografis Indonesia Bagian timur terkhusus di daerah Nusa Tenggara Timur dan Maluku Barat Daya, curah hujan tidak merata setiap tahunnya. Berbeda dengan daerah di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi yang curah hujannya merata setiap tahun. 

Wajar jika kita amati di berita, daerah Nusa Tenggara dan Maluku sangat rentan dengan kekeringan lahan. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat masyarakat setempat untuk berjuang dan malah kemarau ini memicu kreatifitas masyarakat untuk lebih rajin, kreatif dan kerja keras.
Guru Bersama Anak Sekolah, membuat Bedeng di lahan berbatu dan kering kompleks sekolah Desa Tounwawan
Jika musim kemarau tiba, maka rumput dan semak akan layu dan mati, hingga yang kelihatan di hutan adalah pohon tinggi yang tumbuh diantara semak yang sudah mati dan menguning. Namun masyarakat Kabupaten Maluku Barat Daya, tetap dapat bercocok tanam, dengan bekerja lebih eksrta lagi. Karena itu watak masyarakat Maluku banyak yang pekerja keras. 

Bahkan kebutuhan akan air bersih sangat sulit kita temui, karena di darah ini geografisnya berupa sabana yang luas dan indah. Kita harus mencari sumber air yang jauh dari pemukiman dengan menggunakan ember, dan gerobak yang digunakan untuk kebutuhan MCK. Rutinitas ini akan tetap kita lakukan setiap hari. Hal ini lah yang dialami oleh rekan SM-3T di kabupaten Maluku Barat Daya.  

Landscape Alam di Desa Tounwawan, Pulau Moa, Kabupaten Maluku Barat Daya. Doc Putri Citra Dewi SM-3T
Seperti halnya di daerah Desa Tounwawan, Pulau Moa, Kabupaten Maluku Barat Daya. Tempat tugas Lefrizal dan Putri SM-3T asal Universitas Negeri Padang yang sudah merasakan sulitnya kebutuhan akan air.  Masyarakat mempunyai kearifan lokal bercocok tanam dengan memanfaatkan lahan berbatu dan kering. Dimana lahan ini terlebih dahulu dipagar supaya tidak dirusak oleh ternak. Maklum di daerah ini masyarakat banyak beternak Sapi, Kuda, Kambing dan Babi. Caranya yaitu dengan membongkar batu yang ada di lahan tersebut, dan batu yang dibongkar disusun sedemikian rupa, hingga membentuk bedengan tanah. Nah, ditengah batu ini lah diisi tanah maupun humus, yang kelak ditanami berbagai sayuran. Digemburkan setiap hari, sebelum tiba waktu menanam bibit. Tetapi hasil kebun dari masyarakat dengan kondisi lahan berbatu ini bagus, seperti bawang yang terkenal yaitu di Pulau Lakor, silahkan lihat link videonya disini

Setelah bedeng selesai, maka waktunya menanam bibit sayuran. Dan bedeng wajib di siram setiap hari, suapaya tanah tetap lembab, jika tidak disiram maka kemungkinan besar tanah kembali tandus dan bibit sayuran tadi akan mati. Seperti inilah kesibukan masyarakat setiap musim kemarau, menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Bayangkan dengan masyarakat yang tinggal di Sumatera, yang curah hujannya merata setiap tahun. Tidak perlu lagi menyiram tanama rutin setiap hari. Sementara di Maluku Barat Daya, harus dipagar, batu dibongkar dan wajib disiram secara rutin setiap hari. Hikmah yang dapat kita petik dari kearifan masyarakat di desa tounwawan ini adalah kerja keras.

Terima kasih atas kunjungannya di blog "IDsaragih.com". Pertanyaan dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini.
EmoticonEmoticon