OLEH: Desmaiyanti, S.Pd.,Gr
Beberapa hari yang lalu, sekitar jam 4
pagi ibu membangunkanku. Memang malamnya aku sudah bilang bahwa esok aku ingin
berpuasa. Ibu datang dengan sepiring nasi di tangannya. Antara sadar dan tidak,
akupun langsung duduk tanpa membuka mataku. Ibu langsung menyuapiku yang
setengah tidur. Akupun membuka mulut dan menelannya tanpa sungkan. Lihatlah
betapa sayangnya ibu padaku. Kasih sayang inilah yang teramat aku rindukan di
negeri rantau.
Tapi untunglah aku menemukan kasih sayang
itu di sana, Di negeri manise.Saat itu aku memang kurang enak badan.
Dimulai dengan tenggorokanku sakit dan tulang-tulang yang ngilu. Paginya
kepalaku sudah terasa pusing dan perutku kurang enak serasa mau muntah. Karena
aku selama ini jarang sakit, aku mengabaikan rasa sakit itu. “Ah, nanti saat
ketemu siswa pasti sakitnya hilang”, pikirku. Memang biasanya saat kepalaku
pusing atau perutku sakit, pertemuan dengan siswa-siswaku di dalam kelas cukup
menjadi obat mujarab. Tapi ternyata sampai waktu jam pelajaran berakhir dan
anak-anak kembali ke rumah, sakit di kepalaku tak juga reda. Badanku terasa
hangat. Air liurpun terasa tawar. Ngilu di persendian semakin menjadi. Segera
kulangkahkan kaki menuju rumah keluarga piaraku.
Sesampai di rumah aku langsung berbaring.
Mataku panas bahkan nafasku juga. Mama yang sudah menungguku untuk makan siang
di dapur sedikit heran melihatku tak kunjung datang ke dapur. Mamapun datang ke
kamar dan terkejut melihatku berbaring tidak seperti biasanya. Mamapun meraba
keningku. Wajahnya langsung cemas dan bergegas ke dapur, memanaskan air untuk
mengompresku. Dalam tidurku, aku tahu saat itu mama melihatku lama. Seharian
mama bolak balik ke kamarku melihat apakah panasku sudah turun atau belum. Saat
aku terbangun betapa kagetnya aku melihat mama ada di sampingku. Dengan suara
bergetar dan hampir menangis, mama berkata “sio kasiane ibu guru sakit, yang
mana yang sakit ibu?”.
Pandangan matanya teduh, seketika aku melihat ibuku di
dalam matanya. Hampir saja aku menangis saat itu. Untunglah aku mendapatkan kasih
sayang mama saat aku begitu merindukan ibu. Akupun kembali tertidur. Dan
tahukah kau, saat aku tertidur, mama sudah bergegas menuju rumah bidan untuk
memintanya datang ke rumah memeriksaku. Saat tahu ibu bidan belum pulang, mama
memutuskan untuk mengantarkanku ke puskesmas. Saat itu mama tidak peduli dengan
kue dagangannya. Dia tidak peduli dengan cucunya yang belum makan sepulang
sekolah. Yang ada dalam fikirannya, bagaimana agar aku tidak lagi menderita
karena sakit. Aku tidak pernah membayangkan mendapat perhatian yang begitu
besar dari orang lain. Terima kasih mama untuk kasih sayang itu, terima
kasih...
Terima kasih atas kunjungannya di blog "IDsaragih.com". Pertanyaan dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini.
EmoticonEmoticon