22 Januari 2017

Mamaku Di Negeri Manise

 OLEH: Desmaiyanti, S.Pd.,Gr
Beberapa hari yang lalu, sekitar jam 4 pagi ibu membangunkanku. Memang malamnya aku sudah bilang bahwa esok aku ingin berpuasa. Ibu datang dengan sepiring nasi di tangannya. Antara sadar dan tidak, akupun langsung duduk tanpa membuka mataku. Ibu langsung menyuapiku yang setengah tidur. Akupun membuka mulut dan menelannya tanpa sungkan. Lihatlah betapa sayangnya ibu padaku. Kasih sayang inilah yang teramat aku rindukan di negeri rantau.

Tapi untunglah aku menemukan kasih sayang itu di sana, Di negeri manise.Saat itu aku memang kurang enak badan. Dimulai dengan tenggorokanku sakit dan tulang-tulang yang ngilu. Paginya kepalaku sudah terasa pusing dan perutku kurang enak serasa mau muntah. Karena aku selama ini jarang sakit, aku mengabaikan rasa sakit itu. “Ah, nanti saat ketemu siswa pasti sakitnya hilang”, pikirku. Memang biasanya saat kepalaku pusing atau perutku sakit, pertemuan dengan siswa-siswaku di dalam kelas cukup menjadi obat mujarab. Tapi ternyata sampai waktu jam pelajaran berakhir dan anak-anak kembali ke rumah, sakit di kepalaku tak juga reda. Badanku terasa hangat. Air liurpun terasa tawar. Ngilu di persendian semakin menjadi. Segera kulangkahkan kaki menuju rumah keluarga piaraku.

Sesampai di rumah aku langsung berbaring. Mataku panas bahkan nafasku juga. Mama yang sudah menungguku untuk makan siang di dapur sedikit heran melihatku tak kunjung datang ke dapur. Mamapun datang ke kamar dan terkejut melihatku berbaring tidak seperti biasanya. Mamapun meraba keningku. Wajahnya langsung cemas dan bergegas ke dapur, memanaskan air untuk mengompresku. Dalam tidurku, aku tahu saat itu mama melihatku lama. Seharian mama bolak balik ke kamarku melihat apakah panasku sudah turun atau belum. Saat aku terbangun betapa kagetnya aku melihat mama ada di sampingku. Dengan suara bergetar dan hampir menangis, mama berkata “sio kasiane ibu guru sakit, yang mana yang sakit ibu?”. 

Pandangan matanya teduh, seketika aku melihat ibuku di dalam matanya. Hampir saja aku menangis saat itu. Untunglah aku mendapatkan kasih sayang mama saat aku begitu merindukan ibu. Akupun kembali tertidur. Dan tahukah kau, saat aku tertidur, mama sudah bergegas menuju rumah bidan untuk memintanya datang ke rumah memeriksaku. Saat tahu ibu bidan belum pulang, mama memutuskan untuk mengantarkanku ke puskesmas. Saat itu mama tidak peduli dengan kue dagangannya. Dia tidak peduli dengan cucunya yang belum makan sepulang sekolah. Yang ada dalam fikirannya, bagaimana agar aku tidak lagi menderita karena sakit. Aku tidak pernah membayangkan mendapat perhatian yang begitu besar dari orang lain. Terima kasih mama untuk kasih sayang itu, terima kasih...

Terima kasih atas kunjungannya di blog "IDsaragih.com". Pertanyaan dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini.
EmoticonEmoticon