OLEH: Desmaiyanti
Ibu Godha bersama para siswa/i |
Selama di tempat pengabdian SM-3T, tak
jarang aku bertemu dengan orang-orang yang unik dan menyenangkan. Itulah
keberuntungan yang selalu aku syukuri. Aku dapat belajar banyak dari mereka
tentang hidup dan kehidupan. Salah satunya si ibu manis dari Sumba, Ibu Godha.
Ibu Godha adalah salah satu guru di SMA N 1 Ilwaki, tempat tugasku. Senyumnya
yang manis akan membuatmu yakin, ibu yang satu ini baik hati. Tebakanmu benar.
Dialah yang banyak membantuku membaur dengan masyarakat.
Selain baik hati, Ibu Godha
juga sangat berdedikasi dan sepenuh hati mendidik dan membina sikap siswa.
Selain sebagai guru mata pelajaran bahasa indonesia, ibu Godha juga dipercaya
sebagai guru BK, yang mengurusi siswa bermasalah. Ibu Godha tak pernah
tanggung-tanggung jika tahu seorang siswa melakukan pelanggaran meskipun
kenakalan yang dilakukan di luar sekolah. Dengan sigap dia mencari informasi
dari warga bahkan orang tua hingga akhirnya menyelesaikan masalah siswa dan
memberikan hukuman yang pantas agar siswa jera. Ibu Godha memang terlihat lemah
lembut, tapi dibalik kelembutannya tersimpan ketegasan yang tak pandang bulu.
Ibu godha adalah guru yang menyenangkan dibalik sikapnya yang
tegas dan keras serta berpegang pada kata-kata "diujung rotan ada
emas". Aku sempat merinding waktu pertama kali bu Godha mengucapkan
kata-kata itu sembari memukulkan rotan ke meja dihadapan siswa. Awalnya aku
menganggap bu Godha terlalu keras dan kejam tetapi ternyata bu Godha adalah
guru yang paling lembut dan menyenangkan. Bahkan bu Godha paling sering
bercanda dan bergurau denganku.
Ibu Godha juga sering
membuatku terpukau dengan keputusannya. Dia akan berfikir berulangkali jika
harus berpesiar dan meninggalkan siswa. Meskipun untuk melahirkan anaknya.
Memang saat aku datang, ibu Godha tengah hamil 6 bulan. Tinggal beberapa bulan
lagi menunggu kelahiran anaknya. Biasanya, guru akan mengambil cuti 1 bulan
sebelum melahirkan, tapi ibu Godha tak terlihat bersiap-siap mengambil cuti dan
pergi ke rumah sakit di Kupang. Ya, Kupang adalah salah satu tempat tujuan jika
ibu-ibu hamil siap melahirkan karena fasilitas kesehatan di Ilwaki belum
memadai jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
Sampai sehari sebelum
melahirkan, Ibu Godha tetap datang ke sekolah. Ibu manis yang hobi menjadikan
paku payung besar sebagai tusuk konde di rambutnya ini selalu membuatku
ternganga karena kekerasan hatinya. Meski sudah berulangkali guru-guru yang
lain memintanya untuk cuti, dia dengan santainya bilang “nanti saja, kasihan
anak-anak mau ujian”.
Aku masih ingat hari itu,
hari kamis, 4
desember 2014,
saat itu sedang diadakan ujian semester. Sambil memegangi pinggangnya, Ibu
Godha terlihat beberapa kali naik dan turun jenjang yang tingginya kira-kira 4
meter. Aku sedikit bingung dengan apa yang dilakukannya. Setelah berkeringat
dan capek turun naik jenjang, Ibu Godha bukannya duduk dan istirahat malah
mondar mandir tak karuan. Katanya kalo duduk
pinggang dan punggungnya sakit. Aku yang saat itu juga lagi
stres, entah aku
juga lupa stres karena apa, juga ikut-ikutan mondar
mandir nggak jelas. Jadilah,
guru-guru lain hanya tersenyum dan geleng-geleng melihat tingkah kami.
Kemanapun ibu Godha berjalan aku dengan setia mengikutinya. Haha.
Malamnya sekitar jam 10 malam
Ibu Godha tak mampu lagi kembali ke dalam rumah setelah kembali buang air kecil
di kamar mandinya yang berada di dapur. Perutnya mulai memberikan tanda-tanda
akan melahirkan. Dia hanya duduk di dapur dan meminta suaminya membawa air
hangat, kain, dan, gunting. Jadilah malam itu dia melahirkan di dapur. Seorang
bayi laki-laki berat 3,3 kg. Wajahnya mirip sekali
ibu Godha.
Rasa salutku tak pernah habis
untuk ibu Godha. Sampai hari terakhirpun
dia tetap datang ke sekolah. Wujud guru yang sesungguhnya kulihat darinya. Meski perut sudah besar dan badan sudah sakit bu Godha tak
pernah sekalipun kulihat tak datang ke sekolah. Karakter bu Godha sangat
menginspirasi. Sangat jarang kita temui guru-guru sekarang yang mau tetap ke
sekolah saat hamil tua. Akupun bertekad menjadi seorang guru yang menginspirasi
sepertinya. Tulus dan sepenuh hati berkorban untuk siswa yang amat dicintainya.
Jika orang bilang guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, wujud itu dengan
terang kulihat darinya. Jika orang bilang, jangan mengutuki kegelapan tetapi
mulailah menyalakan lilin, ibu Godha telah lama menyalakan lilin itu. Kecil
namun terang menerangi hati-hati yang haus akan ilmu pengetahuan dan kasih
sayang. Semoga aku bisa mengikuti kesungguhan hati si Ibu manis dari Sumba ini.
Terima kasih atas kunjungannya di blog "IDsaragih.com". Pertanyaan dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini.
EmoticonEmoticon