18 Januari 2017

Ibu Godha, Kartini dari Ilwaki, Maluku Barat Daya

OLEH: Desmaiyanti
Ibu Godha bersama para siswa/i
Selama di tempat pengabdian SM-3T, tak jarang aku bertemu dengan orang-orang yang unik dan menyenangkan. Itulah keberuntungan yang selalu aku syukuri. Aku dapat belajar banyak dari mereka tentang hidup dan kehidupan. Salah satunya si ibu manis dari Sumba, Ibu Godha. Ibu Godha adalah salah satu guru di SMA N 1 Ilwaki, tempat tugasku. Senyumnya yang manis akan membuatmu yakin, ibu yang satu ini baik hati. Tebakanmu benar. Dialah yang banyak membantuku membaur dengan masyarakat.

Selain baik hati, Ibu Godha juga sangat berdedikasi dan sepenuh hati mendidik dan membina sikap siswa. Selain sebagai guru mata pelajaran bahasa indonesia, ibu Godha juga dipercaya sebagai guru BK, yang mengurusi siswa bermasalah. Ibu Godha tak pernah tanggung-tanggung jika tahu seorang siswa melakukan pelanggaran meskipun kenakalan yang dilakukan di luar sekolah. Dengan sigap dia mencari informasi dari warga bahkan orang tua hingga akhirnya menyelesaikan masalah siswa dan memberikan hukuman yang pantas agar siswa jera. Ibu Godha memang terlihat lemah lembut, tapi dibalik kelembutannya tersimpan ketegasan yang tak pandang bulu. 

Ibu godha adalah guru yang menyenangkan dibalik sikapnya yang tegas dan keras serta berpegang pada kata-kata "diujung rotan ada emas". Aku sempat merinding waktu pertama kali bu Godha mengucapkan kata-kata itu sembari memukulkan rotan ke meja dihadapan siswa. Awalnya aku menganggap bu Godha terlalu keras dan kejam tetapi ternyata bu Godha adalah guru yang paling lembut dan menyenangkan. Bahkan bu Godha paling sering bercanda dan bergurau denganku.

Ibu Godha juga sering membuatku terpukau dengan keputusannya. Dia akan berfikir berulangkali jika harus berpesiar dan meninggalkan siswa. Meskipun untuk melahirkan anaknya. Memang saat aku datang, ibu Godha tengah hamil 6 bulan. Tinggal beberapa bulan lagi menunggu kelahiran anaknya. Biasanya, guru akan mengambil cuti 1 bulan sebelum melahirkan, tapi ibu Godha tak terlihat bersiap-siap mengambil cuti dan pergi ke rumah sakit di Kupang. Ya, Kupang adalah salah satu tempat tujuan jika ibu-ibu hamil siap melahirkan karena fasilitas kesehatan di Ilwaki belum memadai jika terjadi hal yang tidak diinginkan.

Sampai sehari sebelum melahirkan, Ibu Godha tetap datang ke sekolah. Ibu manis yang hobi menjadikan paku payung besar sebagai tusuk konde di rambutnya ini selalu membuatku ternganga karena kekerasan hatinya. Meski sudah berulangkali guru-guru yang lain memintanya untuk cuti, dia dengan santainya bilang “nanti saja, kasihan anak-anak mau ujian”. 

Aku masih ingat hari itu, hari kamis, 4 desember 2014, saat itu sedang diadakan ujian semester. Sambil memegangi pinggangnya, Ibu Godha terlihat beberapa kali naik dan turun jenjang yang tingginya kira-kira 4 meter. Aku sedikit bingung dengan apa yang dilakukannya. Setelah berkeringat dan capek turun naik jenjang, Ibu Godha bukannya duduk dan istirahat malah mondar mandir tak karuan. Katanya kalo duduk pinggang dan punggungnya sakit. Aku yang saat itu juga lagi stres, entah aku juga lupa stres karena apa, juga ikut-ikutan mondar mandir nggak jelas. Jadilah, guru-guru lain hanya tersenyum dan geleng-geleng melihat tingkah kami. Kemanapun ibu Godha berjalan aku dengan setia mengikutinya. Haha.

Malamnya sekitar jam 10 malam Ibu Godha tak mampu lagi kembali ke dalam rumah setelah kembali buang air kecil di kamar mandinya yang berada di dapur. Perutnya mulai memberikan tanda-tanda akan melahirkan. Dia hanya duduk di dapur dan meminta suaminya membawa air hangat, kain, dan, gunting. Jadilah malam itu dia melahirkan di dapur. Seorang bayi laki-laki berat 3,3 kg. Wajahnya mirip sekali ibu Godha.  

Rasa salutku tak pernah habis untuk ibu Godha. Sampai hari terakhirpun dia tetap datang ke sekolah. Wujud guru yang sesungguhnya kulihat darinya. Meski perut sudah besar dan badan sudah sakit bu Godha tak pernah sekalipun kulihat tak datang ke sekolah. Karakter bu Godha sangat menginspirasi. Sangat jarang kita temui guru-guru sekarang yang mau tetap ke sekolah saat hamil tua. Akupun bertekad menjadi seorang guru yang menginspirasi sepertinya. Tulus dan sepenuh hati berkorban untuk siswa yang amat dicintainya. Jika orang bilang guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, wujud itu dengan terang kulihat darinya. Jika orang bilang, jangan mengutuki kegelapan tetapi mulailah menyalakan lilin, ibu Godha telah lama menyalakan lilin itu. Kecil namun terang menerangi hati-hati yang haus akan ilmu pengetahuan dan kasih sayang. Semoga aku bisa mengikuti kesungguhan hati si Ibu manis dari Sumba ini.

Terima kasih atas kunjungannya di blog "IDsaragih.com". Pertanyaan dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini.
EmoticonEmoticon