20 Oktober 2016

Pendidikan Karakter dan Kebiasaan Buang Sampah Sembarangan di Sekolah

Dalam proses belajar mengajar, saya sebagai guru menerangkan materi tentang Pelestarian Lingkungan Hidup. Pada materi ini dibahas juga mengenai Kerusakan Lingkungan Hidup, Salah satu indikator kerusakan lingkungan hidup adalah adanya pencemaran lingkungan. Saya bertanya sama siswa saya, menurut anda apa upaya yang dilakukan dalam mengurangi pencemaran sungai? sontak siswa dengan Common Sense nya menjawab tidak membuang sampah di sungai. Secara teori memang betul bahwa upaya mengurangi pencemaran sungai ialah dengan tidak membuang sampah disekitar daerah aliran sungai. Saya sebagai Guru Muda memang sudah menganggap para siswa memahami bahwa jawaban siswa tadi sudah benar. Namun apakah pada kenyataan di lapangan masyarakat sudah banyak yang sadar dampak buang sampah di sungai?
 Lingkungan Sekolah yang Asri Di SMA N 8 Padang
Di lingkungan sekolah sering kali saya temui siswa dengan santainya membuang sampah sembarangan. Bahkan buang sampah tidak ditempatnya sudah merupakan kebiasaan sebagian peserta didik. Hal ini bertentangan dengan materi yang saya ajarkan. bahwa untuk menjaga kelestarian lingkungan salah satu upayanya adalah tidak buang sampah sembarangan, karena akibatnya bisa bermacam-maacam. Sebenarnya materi pelajaran ini merupakan suatu pendidikan Karakter yang akan saya terapkan dalam diri siswa. Yaitu bagaimana setiap anak memahami berbagai masalah lingkungan hidup dan apa tindakan nyatanya. Selain itu, karakter yang ditanamkan sebenarnya adalah bagaimana seorang terpelajar itu bersikap ditengah keluarga, masyarakat dan tempat umum, hal ini juga sebagai modal siswa dalam mengembangkan kompetensi sosialnya. Semua hal ini merupakan hal yang sangat perlu untuk diterapkan oleh anak-anak didik kita. Sayangnya antara harapan membangun karakter seperti ini masih jauh diberbagai sekolah saat ini.
Siswa Melintas di Sekitar Tong Sampah, dan  Masih terdapat Sampah yang Berserakan
Umumnya materi dan metode pembelajaran saat ini hanya sebatas teori saja. Contohnya sejumlah anak disuruh menghafal tentang kebersihan, ketertiban dan bagaimana berperilaku sebagai makhluk sosial. Hal ini mengakibatkan output siswa berupa kompetensi penghapal, bukan sebuah pemahaman berlandaskan karakter. Dari fenomena ini maka siswa kita masih jauh dalam kepribadian yang berkarakter. Beberapa sekolah yang saya amati selama masa praktek lapangan dan ditempat saya mengajar sebagai Guru SM-3T, masih jauh dari pendidikan berkarakter. masih sering kita temui sampah berserakan di sekitar sekolah, bahkan walaupun sudah tersedia tempat sampah, namun masih banyak sampah berserakan di sekolah. Bahkan lebih miris lagi, bukan hanya siswa yang buang sampah sembarangan tetapi guru juga sebagian masih ada yang buang sampah sembarangan. Fenomena ini merupakan kenyataan yang sering kita hadapi walaupun terkesan masalah sepele. Selain buang sampah di tempatnya, kadang kita temukan juga ada yang buang sampah pada pot bunga. Sebagian guru jika melihat sampah berserakan di lokal, masih ada guru yang hanya cuek. Seharusnya guru mengarahkan anak untuk buang sampah pada temptnya. Walaupun pada jam pelajaran kelas dan lingkungan sekolah kotor, tentu saja keesokan harinya sudah kembali bersih, karena sudah dibersihkan oleh petugas kebersihan yang dibayar oleh sekolah. Nah pada kenyataan seperti ini, karakter seperti apa yang ditanamkan pada anak didik kita? bisa jadi anggapan siswa tidak ada masalah buang sampah sembarangan, karena sekolah sudah ada petugas kebersihannya. Untuk apa petugas kebersihan kalau tidak ada yang mau dibersihkan! Mungkin karakter seperti inilah yang ada dibenak sebagian masyarakat kita. Anggapan seperti ini sungguh jauh dari makna pendidikan berkarakter suatu bangsa. Dimana pendidikan ini akan mempengaruhi kepribadian seseorang untuk kedepannya.
Sampah yang dibuang sembarangan disekitar ruangan sekolah
Begitu juga dengan selesainya pembelajaran, sering saya menemui lampu listrik, kipas angin yang masih masih menyala. Saya ingatkan para siswa untuk mematikan lampu dan kipas. tetapi keesokan harinya kembali seperti semula. 

Masalah lain dari pendidikan kita adalah, masih banyak kita temukan para Guru yang tidak berkarakter. Sebagian tenaga pendidik juga masih ada yang buang sampah sembarangan, bahkan masih ada yang melanggar rambu-rambu lalulintas dan ketertiban di tempat umum. Dengan karakter guru seperti ini, maka tidak dapat menerapkan nilai-nilai karakter terhadap para siswa. Seolah-olah para guru juga merasa sukses mendidik para peserta didik dengan penguasaan materi, menghapal dan menuangkan hasil hafalan tadi ke kertas ujian. 

Fenomena lainnya adalah bagaimana mencapai target dalam suatu materi pelajaran yang sedang di ikuti? dalam berbagai ujian para siswa biasanya setelah ujian dan mendapatkan nilai baik, seolah-olah keberhasilan seorang guru. Yang hanya dapat menilai dari segi kemampuan kognitif saja, dan belum tentu deimbang dengan kemampuan afektif dan psikomotor. Jadi nilai karakter yang tercapai hanya nilai karakter tertulis.

Nah, bagaimana kita mengubah karakter seperti ini? Kita tidak harus mengganti kurikulum kita, karena kurikulum itu tidak selalu berdampak signifikan terhadap kemajuan karakter bangsa kita. Kurikulum hanya sebatas administratif di kertas saja. Bahkan ada rumor bahwa ganti menteri akan diganti kurikulum. Hal yang urgen untuk diterapkan adalah pendidikan karakter anak bangsa sedini mungkin. 

Bagi saya pribadi, hal yang kita lakukan mulai dari sederhana. Karena guru itu adalah sense dan Common Sense. Seorang guru harus tetap lebih dulu mengubah gaya hidup, dan dalam proses pembelajaran guru selalu mengajak para peserta didik untuk melakukan tindakan nyata. Contoh kecilnya dalam hal membuang sampah pada tempatnya. Hal sederhana ini jika diterapkan dari dini maka karakter anak bangsa kita terbentuk dengan baik. Kenyataan di lapangan, semua orang tahu membuang sampah pada sembarangan, apalagi di tempat umum salah dan melanggar rambu lalulintas berakibat fatal. Namun hanya sedikit yang dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Namun guru itu bukanlah yang disekolah saja. setiap orang yang lebih tua dapat menjadi teladan bagi yang muda. Kita semua adalah guru bagi keluarga kita, bahkan lingkungan sekitar kita. Mengutip falsafah di Ranah Minang “ Alam Takambang Jadi Guru” yaitu alam memiliki makna yang sangat mendalam yang dapat dipedomani sebagai guru. Dengan kepribadian seseorang kita dapat menilai keluarganya. Karena keluarga adalah awal dari pembentukan karakter setiap pribadi manusia. Para orang tua harus kembali memberikan teladan bagi keluarga intinya, dengan mengubah karakter yang selama ini terkesan sepele, kita harus kembali hidup berdasarkan akal budi kita yang sehat.

Setelah merubah karakter pribadi, barulah kita bisa merubah tahap selanjutnya dengan pendidikan karakter yang selama ini berpusat pada kompetensi Kognitif, dirubah menjadi Kompetensi Psikomotor dan Afektif. Begitu pula pada penilaian dan pencapaian materi disekolah dalam proses belajar mengajar. Sehingga tercipta pribadi yang berkarakter cinta lingkungan dan Religius.

Terima kasih atas kunjungannya di blog "IDsaragih.com". Pertanyaan dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini.
EmoticonEmoticon