Dengan dirilisnya program Sarjana Mendidik di Daerah
Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM-3T), maka suatu peluang bagi para sarjana
pendidikan untuk mengenal daerah lainnya di Indonesia. Program SM-3T adalah
program yang dirilis oleh Kemristek Dikti, program ini resmi di rilis pada
tahun 2011. Sudah banyak alumni dari SM-3T saat ini, bahkan sudah ada yang
menjadi PNS baik dari jalur umum maupun Guru Garis Depan.
Setelah selesai mengajar di daerah 3T, saya mendapatkan bonus
mengikuti Program Profesi Guru sistem berasrama. Pendidikan Profesi Guru adalah
program pendidikan sarjana yang mempersiapkan para peserta didiknya untuk dapat
memiliki keahlian khusus menjadi seorang guru yang profesional. Lulus dari
pendidikan ini akan mendapatkan gelar “Gr” dan sertifikat pendidik.
Sasaran dari program ini adalah, Kabupaten yang masih
tergolong daerah tertinggal, maupun terluar Indonesia. Kebijakan Pemerintah
pusat dengan program ini sangat populer, mampu mengisi kekurangan guru di
daerah tertinggal. Namun para peserta program ini hanya bertugas setahun, karena setelah itu akan dilanjutkan
mengikuti program Pendidikan Profesi Guru dan dilanjutkan angkatan berikutnya.
Dengan status daerah 3T, maka tidak heran jika dilapangan kita ditugaskan
disekolah yang sangat sederhana sarana dan prasarananya. Walaupun sebagian
Kabupaten daerah 3T memiliki fasilitas sekolah yang cukup baik.
Pengalaman saya mengajar di Kabupaten Maluku Barat Daya
selama satu tahun, menjadi pengalaman berharga. Ditempatkan di desa Ilwaki, Kecamatan
Wetar yang berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste. Disekolah ini
terdapat beberapa gedung yang sudah cukup layak untuk belajar. Namun sarana
penunjang proses belajar di sekolah ini sangat minim. Berikut perbandingan di
sekolah 3T dengan sekolah di Perkotaan.
Mendidik di Sekolah di
Daerah 3T sangat membutuhkan perjuangan ekstra, karena untuk menjangkau daerah
ini harus dengan melalui perjalanan panjang, baik itu jalur udara, laut dan
darat. Selain itu sarana di sekolah 3T sangat minim. Kita jarang menemukan ada
pustaka buku, bahkan para siswa hanya mendapat materi dari guru saja tanpa
didukung literasi belajar yang lain. Bahkan para guru di daerah terpencil tidak
ada persiapan dalam mengajar. oleh sebab itu tidak heran jika di sekolah
terpencil banyak para peserta didik yang ketinggalan materi dari pada di kota.
Hal ini bukan karena daya tangkap belajar anak yang kurang, melainkan
keterbatasan sarana belajar di sekolah yang minim.
Sekolah di daerah tertinggal, dengan kekurangan guru TNI juga ambil bagian dalam pembelajaran |
Begitu juga dengan
alat-alat labor. Bahkan Guru sendiri banyak yang belum menguasai teknologi
terkini (gaptek). Begitu juga denga penerangan dan transportasi yang sangat
minim. Hal ini sangat mempengaruhi proses belajar di daerah terdepan, terluar
dan tertinggal. Selain kekurangan sarana belajar, di daerah 3T juga sangat
banyak kekurangan guru bahkan masih banyak terdapat para tenaga pendidik yang
belum profesional karena keterbatasan informasi dan komunikasi. Guru di daerah
ini juga banyak kita temui ada yang pemalas. Bahkan guru yang PNS dan
sertifikasi, belum menunjukkan sikap dan cara mengajar layaknya profesional. Namun
digaji pemerintah dengan tunjangan profesi yang sangat membantu kesejahteraan
guru.
Masalah tenaga pendidik di daerah 3T ini harus segera
ditindaklanjuti, bahkan fenomena lain di
daerah tertinggal KKN sangat tinggi. Yaitu dengan banyak direkrut para guru
kontrak daerah yang belum tentu profesional. Bahkan ada kejadian di darah Guru
yang sudah mendapatkan Sertifikat Pendidik dan Gelar “Gr” tidak diterima
sebagai guru kontrak daerah dan yang diterima adalah guru yang belum mendapat
sertifikat. ini merupaka hal yang sangat aneh, ibarat di dunia medis,
pemerintah daerah lebih percaya mengobati pasien yang bergelar S.Ked dari pada
dr (dokter) yang telah mengikuti pendidikan profesi dokter.
Dapat juga kita lihat dari kinerja para guru dan lulusan yang
dihasilkan oleh sekolah di daerah 3T, bahkan jika kita mendidik anak SMA,
tingkat pemahamannya masih sama dengan anak SMP di perkotaan. Banyak peserta
didik yang belum mampu menggunakan perangkat komputer. Hal ini harus menjadi
perhatian pemerintah, supaya benar-benar menempatkan guru yang berkompeten di
sekolah yang masih tertinggal. Dan bagi para guru yang sudah PNS agar
mengembangkan kompetensi dari segi Iptek.
Bagaimana dengan sekloah di perkotaan? saat ini saya sedah
mengikuti masa-masa Praktek Lapangan (PL) di Salah satu sekolah Negeri di Kota
Padang. Sekolah yang berada di daerah perkotaan ini memiliki sarana dan
prasarana yang lengkap. baik itu sarana perpustakaan, olah raga, internet dan
lain-lain. Peserta didik sudah memiliki tingkat pemahaman yang cukup baik. Sehingga
guru dalam proses belajar mengajar hanya sebagai motivator dan fasilitator.
walaupun sebahagian peserta didik ada yang butuh perlakuan khusus
Praktek di sekolah perkotaan kembali mengingatkan saya pada
sekolah di daerah 3T, dengan berbagai kekurangan. di perkotaan, anak-dapat
belajar di taman dengan baik, dan banyak sumber Literasi belajar lainnya dalam
membahas suatu materi pelajaran. Tidak heran lagi jika banyak alumni sekolah di
perkotaan sudah berkompetensi. Begitu jugan dengan tenaga pendidik di Perkotaan
adalah yang berkompetensi. Sehingga para guru di kota harus mempersiapkan
materi sebaik mungkin.
Oleh sebab itu, apakah adil dengan hak mendapatkan pendidikan
di daerah 3T dan Perkotaan? Jelas tidak, karena antara kota dengan daerah 3T
bagaikan langit dan bumi. oleh sebab itu pemerintah harus mempercepat pembangunan
di daerah terpencil. Yang utama adalah dalam dunia pendidikan, dimana para guru
hanya banyak terdapat di Kota, sementara di daerah tertinggal justru kekurangan
guru.
Terima kasih atas kunjungannya di blog "IDsaragih.com". Pertanyaan dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini.
EmoticonEmoticon