22 Maret 2017

Potensi Kopi Ateng (Sigarar Utang) di Kabupaten Simalungun

Disebut kopi ateng karena pohon kopinya pendek-pendek tapi mampu berbuah lebat. Petani lokal menggunakan istilah "ateng" mungkin teringat dengan pelawak terkenal bertubuh pendek. Jenis kopi ini berkembang pesat di Raya, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Potensi kopi ateng ini mampu meningkatkan perekonomian penduduk lokal. 
Kopi Ateng di Dusun Kampung Melayu, Desa Sihubu Raya, Kec. Raya, Simalungun

Lazimnya, kopi ateng ini dapat dipanen sekali dalam dua minggu. Beda dengan kopi biasa, dimana selain pohon yang tinggi dan musim buah yang jarang, kopi ateng dapat berbuah cepat dan subur. Cepatnya masa panen tersebut menyebabkan para penduduk lokal menyebut kopi "sigarar utang", yang artinya hasil kopi dapat segera membayar utang. Bahkan ketika panen besar, petani malah kesulitan mencari tenaga kerja untuk memanen.
Kopi ateng ini sangat mempengarhi perekonomian daerah simalungun. Dimana kopi ini menjadi komoditas unggulan ketiga setelah karet dan sawit. Untuk kopi, 11 kecamatan dari 31 kecamatan di Simalungun yang menjadi penghasil kopi terbesar di Simalungun, yakni Raya, Dolok Silau, Pamatang Silimakuta, Silimakuta, Dolok Pardamean, Pamatang Sidamanik, Sidamanik, Purba, Pane, Girsang Sipanganbolon, dan Haranggaol Horison.  
Kabupaten Simalungun merupakan daerah dataran tinggi dan subur. Sedangkan kopi ini tumbuhnya rata-rata di atas 1000-1.400 meter di atas permukaan laut.Sehingga dengan produk unggulan ini juga dapat meningkatkan pembangunan di Simalungun

Terima kasih atas kunjungannya di blog "IDsaragih.com". Pertanyaan dan komentar silahkan tuliskan pada kotak komentar dibawah ini.
EmoticonEmoticon